Makassar (ANTARA News) - Peringatan Maulid Nabi Besar Muhammad SAW di sejumlah daerah di Sulawesi Selatan (Sulsel), antara lain di Kabupaten Maros, Pangkep dan Gowa dimeriahkan dengan telur hias. Telur hias dengan aneka warna yang turut menghiasi bakul atau ember yang dipenuhi lauk-pauk dan jajanan merupakan tradisi turun-menurun yang tetap dipelihara oleh masyarakat Sulsel. Di Kelurahan Allepole, Kecamatan Lau, Kabupaten Maros misalnya, setiap rumah tangga di daerah ini akan membawa bakul atau ember dengan telur hias ke Masjid Nurutaqwa sebelum salat zuhur. Seluruh ember yang sudah diberi label nama kepala keluarga, diatur sedemikian rupa di dalam masjid, kemudian seluruh jamaah masjid selepas shalat Dhuhur berzikir bersama dan melantunkan salawat kepada Nabi Muhammad SAW. "Setelah zikir bersama, barulah seluruh bawaan warga dibagi-bagikan kembali dengan cara dipertukarkan, sehingga tidak ada warga yang menerima barang bawaannya kembali, tetapi milik yang lain yang diterima," ujar Ardi, Panitia Masjid Nuruttaqwa. Tujuan pertukaran barang bawaan itu, lanjutnya, agar kebersamaan dan solidaritas yang tinggi dapat terus terpelihara sebagai makna dari peringatan Maulid Nabi itu. Hal yang sama dilakukan warga di Kabupaten Pangkep dan Gowa. Menurut Kemma, warga Lokkasaile, Kabupaten Pangkep, jauh-jauh hari ia telah menyisihkan dana untuk menyambut maulid. Pasalnya, menjelang momen itu, harga telur, ikan dan sembako selalu naik. "Kalau sebelumnya, harga telur bebek Rp700 per butir, maka menjelang maulid naik menjadi Rp900 - Rp1.200 per butir," katanya sembari menambahkan, namun karena menjadi syarat utama, maka tetap dibeli. Telur itulah yang kemudian diberi kesumba atau pewarna dan ditusuk dengan menggunakan pilahan bambu. Untuk mempercantik telur itu, diberi hiasan berupa kembang yang terbuat dari kertas. Namun bagi yang memiliki dana berlebih, menghiasi telur maulid dengan rangkaian bunga plastik atau kain yang dibeli pasar atau toko. Telur yang sudah dihias, ditancapkan pada bakul atau ember yang sudah terisi aneka makanan. Selain itu, sebagian telur hias yang umumnya dibawah ke masjid, ditancapkan pada batang pisang. Bahkan ada juga membuat wadah tancapan berupa replika perahu Phinisi, perahu tradisional masyarakat Bugis-Makassar di Sulsel.(*)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2008