Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah harus segera merumuskan kebijakan strategis bidang pertanian yang sesuai dengan kebutuhan pasar industri dan ekspor namun tetap mengutamakan pasar konsumen domestik. "Kami menyarankan agar segera dilakukan perumusan strategis untuk memenuhi pasar hasil pertanian di tiga jenis pasar besar, pertama pasar konsumen domestik, pasar industri, dan pasar ekpor. Masing-masing membutuhkan pendekatan yang berbeda meski saling berkaitan," kata Presiden Direktur PT Heinz ABC Indonesia, Nilesh Patel, dalam diskusi "Tantangan Agribisnis Indonesia di Era Pasar Global", di Jakarta, kemarin. Sebelumnya, pemerintah harus menentukan produk unggulan Indonesia yang bisa menyaingi produk serupa di negara lain. Patel mencontohkan Perancis yang fokus dalam pengembangan anggur, Brazil dengan tebu untuk bioetanol, serta Israel dengan pertanian jeruk di padang pasirnya. "Sumberdaya alam dan iklim yang sangat bersahabat juga harus diperhitungkan sebagai sebuah potensi keunggulan komparatif. Saat ini, belum terlihat usaha sungguh-sungguh yang terpadu dari Indonesia untuk menentukan potensi mana yang akan dijadikan fokus pengembangan sehingga semua pihak bergerak mendukung jenis potensi tersebut," jelas Patel. Selain itu, lanjut Patel, harus ada pemetaan potensi produk unggulan dan wilayah geografis yang sesuai untuk pengembangannya. Data pemetaan yang tersedia secara transparan bagi semua pihak yang ingin berinvestasi. "Tentunya jaminan keamanan dan peraturan yang tidak berubah-ubah untuk berinvestasi, rangsangan insentif untuk pembukaan daerah baru dan birokrasi yang tidak berbelit juga berperan dalam keberhasilan investasi," tambahnya. Patel mengingatkan kebutuhan pangan konsumen pasar domestik harus menempati prioritas tertinggi. Oleh karena itu, pemerintah harus memiliki kebijakan yang tegas terkait pemenuhan kebutuhan dalam negeri. "Misalnya CPO dipakai di ketiga jenis pasar tersebut. Disinilah kebijakan yang tegas dari pemerintah sangat diperlukan. Kebijakan yang berpihak pada peningkatan kualitas kesehatan sumber daya manusia Indonesia melalui pangan dan nutrisi," paparnya. Ia mencontohkan pemerintah Argentina yang langsung memberlakukan larangan ekspor susu ketika harga bahan baku susu dunia melonjak untuk mengamankan harga di pasar domestik dan kebutuhan nutrisi masyarakat. Pada kesempatan tersebut, pengamat ekonomi, Didiek J Racbini mengatakan pemerintah harus bisa mengamankan pasokan dan harga pangan di dalam negeri dari pengaruh kenaikan harga komoditi dunia. Salah satu langkah yang dapat diambil pemerintah, menurut Didiek adalah dengan menerapkan Pungutan Ekspor (PE) sekaligus penerapan wajib pasok dalam negeri (Domestik Market Obligation/DMO). Tantangan paling besar yang dihadapi Indonesia adalah pada sisi produksi mengingat Indonesia masih belum dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri tanpa impor. "Impor merupakan langkah terakhir yang bisa dilakukan pemerintah," ujar Didiek.

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2008