Jakarta (ANTARA News) - Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Meutia Hatta Swasono mengatakan, perubahan iklim berdampak lebih parah pada perempuan karena berbagai peran yang kerap kali distereotipkan untuk perempuan di dalam keluarga. "Perempuan terkena dampak yang lebih buruk lagi dari keadaan (perubahan iklim) ini mengingat peran gendernya dan posisinya di dalam keluarga dan masyarakat," kata Meneg PP dalam "Sosialisasi dan Advokasi Pengarusutamaan Gender di Kementerian Lingkungan Hidup" di Jakarta, Rabu. Meutia menuturkan, pekerjaan di keluarga dan masyarakat terutama di pedesaan, umumnya terbagi menurut gender. Peran gender tersebut, ujar dia, contohnya adalah para perempuan memikul tanggung jawab utama untuk mengumpulkan air dan bahan bakar serta menyediakan pangan untuk keluarga mereka. Namun, lanjutnya, berbagai kebijakan yang mengurangi akses ke pasokan air bersih, tingginya polusi, privatisasi jasa air, dan meningkatnya jumlah penduduk menyebabkan beban pada perempuan meningkat secara drastis. "Perempuan dari keluarga miskin sering menempuh perjalanan jauh dari rumah untuk mencari sumber air," kata Meutia. Selain itu, lanjutnya, anak-anak perempuan juga berpotensi untuk terpaksa berhenti sekolah untuk membantu mengambil air, memasak, dan menyiapkan makanan di rumah. Untuk itu, Meneg PP mengimbau agar berbagai pihak perlu untuk menyertakan perempuan secara aktif dalam pengambilan keputusan yang menyangkut lingkungan. Ia juga meminta agar semua kebijakan untuk pembangunan yang berkelanjutan diintegrasikan dengan kepedulian terhadap perempuan dan berperspektif gender. Selain itu, penting pula untuk memperkuat dan membentuk mekanisme di tingkat nasional, regional, dan internasional untuk memperkirakan dampak pembangunan dan kebijakan lingkungan pada perempuan. Acara yang merupakan rangkaian dari "road show" Meneg PP ke sejumlah departemen dan kementerian tersebut juga dihadiri oleh Menteri Negara Lingkungan Hidup Rachmat Witoelar.(*)

Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2008