Brisbane (ANTARA News) - Menteri Pertahanan Juwono Sudarsono dan rombongan, Jumat sore, meninggalkan Australia menuju Jakarta, setelah melakukan kunjungan empat hari di Negeri Kanguru itu. Menhan meninggalkan Australia melalui Bandar Udara Internasional Sydney pukul 16.20 waktu setempat dengan menumpang pesawat Qantas. "Pesawat Qantas yang membawa Menhan Juwono dan rombongan sudah terbang sekitar pukul 16.20 waktu Sydney tadi," kata Kabid Penerangan Konsulat Jenderal RI di Sydney, Minister Counsellor Pratito Soeharyo, kepada ANTARA yang menghubunginya dari Brisbane. Selama di Australia, Menhan Juwono, sempat bertemu mitra dialognya, Menhan Australia Joel Fitzgibbon, di Canberra dan berdiskusi tentang perkembangan Indonesia serta dinamika hubungan Indonesia-Australia dengan kalangan Indonesianis dan mahasiswa Universitas Nasional Australia (ANU), Kamis (27/3). Pada Rabu (26/3), Menhan yang selama kunjungannya turut didampingi Dirjen Strategi Pertahanan Mayjen TNI Syarifuddin Tippe dan Staf Ahli Khusus Menhan bidang Ekonomi, Adnan Ganto itu juga menjadi pembicara dalam Forum Dialog Asia Timur di Sydney. Dalam pertemuannya dengan Menhan Joel Fitzgibbon, kedua pihak t membahas berbagai isu yang menjadi kepentingan bersama kedua negara, termasuk peluang-peluang kerja sama saling menguntungkan di bidang industri pertahanan. Masalah-masalah lain yang sempat mengemuka dalam pertemuan pertama kedua menhan itu adalah perihal kerja sama angkatan bersenjata kedua negara dalam penanganan bencana dan bantuan kemanusiaan. Penanganan Bencana Menhan Juwono mengatakan, ia dan Menhan Joel Fitzgibbon sepakat untuk terus menjalin kerja sama yang sudah terbangun sejak terjadinya bencana tsunami dan gempa bumi di Aceh dan Nias 2004-2005 lalu. Apa yang menjadi penekanan Indonesia adalah kemampuan mobilitas kapal-kapal di atas permukaan air, pesawat angkut dan perbekalan untuk pengadaan selimut, obat-obatan, perahu karet, rumah sakit lapangan dan kebutuhan-kebutuhan tanggap darurat lainnya, katanya. "Ada kemungkinan Australia mau menghibahkan pesawat angkut Hercules C-130 tipe J (kepada Indonesia) kalau mereka sudah mendapat Hercules tipe H. Tapi Hercules yang tipe J sekarang ini masih mereka perlukan," kata Menhan Juwono. Dalam 10 tahun mendatang, TNI sangat memerlukan pesawat dan kapal angkut untuk mendukung operasi tanggap darurat dan misi kemanusiaan, sedangkan untuk pengadaan alat utama sistem senjata (alutsista), anggarannya sangat terbatas, katanya. Terkait dengan masalah kerja sama keamanan maritim, Menhan Juwono mengatakan, kedua pihak sepakat untuk melakukan patroli perairan bersama antarangkatan laut kedua negara. Bagi Indonesia, kendati sudah berjalan lama , patroli terkoordinasi bersama ini penting untuk menjaga keamanan wilayah tenggara Indonesia, sedangkan bagi Australia, hal ini penting untuk menjaga wilayah barat lautnya, kata Menhan Juwono. Peningkatan kemampuan para perwira angkatan laut dari kedua negara menjadi penting untuk mendukung kegiatan-kegiatan patroli terkoordinasi bersama, termasuk pelatihan penentuan perbatasan kedua negara yang sudah disepakati bersama, katanya. Menhan Joel Fitzgibbon sendiri menilai pertemuannya dengan Menhan Juwono Sudarsono sebagai kesempatan yang tepat untuk memajukan kerja sama dan keterlibatan pertahanan kedua negara pasca-pemberlakuan Perjanjian Lombok sejak 7 Februari lalu. Ia juga menilai hubungan pertahanan kedua negara semakin dewasa dan berkembang yang dibangun di atas prinsip saling menghormati dan saling mempercayai. Bahkan ia mengatakan, dirinya dan Menhan Juwono berkeinginan untuk memperdalam dan memperluas kerja sama itu untuk merespons berbagai tantangan yang menjadi kepentingan keamanan bersama kedua negara, seperti terorisme, keamanan regional, dan perompakan. (*)

Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2008