Beijing (ANTARA) - Sebanyak 35 jurnalis dan editor senior pada media penyiaran dari 13 negara bertemu di China untuk membahas berbagai perkembangan media massa secara global.

Kegiatan yang berlangsung pada 24 Juli-13 Agustus 2019 tersebut dipusatkan di Beijing dan Harbin, Provinsi Heilongjiang.

"Pertemuan ini membahas pekembangan baru media, termasuk film, televisi, dan radio di negara masing-masing peserta," kata Direktur Utama TV9 Nusantara, Ahmad Hakim Jayli, kepada Antara di Beijing, Jumat.

Hakim merupakan satu-satunya delegasi dari Indonesia yang diundang menghadiri forum media di kawasan Sabuk Jalan (Belt and Road).

Selain Indonesia dan tuan rumah China, pertemuan tersebut juga dihadiri awak media penyiaran dari beberapa negara, di antaranya Rusia, Rumania, Azerbaijan, Mesir, Somalia, Tanzania, Zimbabwe, Ethiopia, dan Sudan.

Menurut dia, kegagalan mengelola media dalam mengantisipasi perkembangan dapat membawa media ditinggalkan oleh khalayak.

"Oleh sebab itu, insan media di seluruh dunia dituntut bebrgerak cepat dalam menghadapi perkembangan platform media baru yang semakin berpengaruh terhadap warganet," ujarnya.

TV9 Nusantara milik Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Provinsi Jawa Timur yang berkantor pusat di Surabaya.

Lembaga penyiaran swasta lokal tersebut mulai mengudara pada 31 Januari 2010 dan sampai saat ini materi siarannya bernuansi Islami.

Sementara itu, dalam forum diskusi tersebut, Direktur Publikasi Lembaga Radio dan Televisi Nasional China (NRTA) Gao Chang Li mengemukakan bahwa televisi nasional (CCTV) telah mendirikan CGTN untuk memberikan informasi berbahasa Inggris melalui internet dan media sosial. 

Baca juga: Tantangan bisnis media hingga perlindungan jurnalis dibahas di London
Baca juga: Konferensi Kebebasan Media disepakati digelar tiap tahun

Pewarta: M. Irfan Ilmie
Editor: Maria D Andriana
COPYRIGHT © ANTARA 2019