Indianapolis (ANTARA News) - Pemerintahan Bush telah membahayakan keamanan nasional dan kemampuan AS untuk menengahi krisis dunia karena besarnya utang negara tersebut, kata bakal calon presiden, Hillary Clinton, Sabtu. Senator negara bagian New York itu saat berkampanye di Indiana mengatakan bahwa utang nasional AS sebesar 9 triliun membuat negara itu tergantung pada kemurahan hati bangsa lain. Hillary adalah sosok yang menyebut dirinya lebih siap menangani masalah-masalah ekonomi dan luar negeri dibanding saingannya, Senator negara bagian Illinois, Barack Obama. Dia mengatakan kebijakan Presiden George W. Bush menyebabkan utang AS naik dan melumpuhkan kemampuan kepemimpinan Washington. "Inilah arti kebijakan George Bush dalam kenyataannya-- yaitu kita sudah membahayakan keamanan nasional dan kepemimpinan kita terhadap dunia lewat utang-utang ini," kata Hillary seperti dikutip Reuters. Dia menitikberatkan China dalam kritiknya, dan hal itu berulangkali dia nyatakan selama kampanye di seluruh Indiana, negara bagian yang mengalami kehilangan sejumlah besar pekerjaan di bidang manufaktur . Berbagai pihak menuding hal itu disebabkan praktik dagang yang tidak adil dan banyaknya perusahaan yang melakukan pengalihdayaan (outsourcing) pekerjaan ke China. "Kita sangat tergantung kepada keputusan-keputusan dari ibukota negara lain," kata Hillary. Dia mengutip percakapannya dengan seorang jenderal purnawirawan yang memikirkan "skenario mimpi buruk", yaitu jika China mengancam Taiwan dan presiden AS akan mengirim armada untuk menangkal Beijing. "Dia mengatakan, tahukah anda, misalkan China memutuskan untuk menginginkan Taiwan seperti yang mereka mau, seperti Tibet," kata Hillary. "Kita mulai menggerakkan armada, lalu China mengatakan `Baik, lakukan itu maka kami akan berbuat sesuatu dengan dolar-dolar-mu. Kami akan banjiri pasar. Kami tidak akan lagi membeli utang-utangmu." China sekarang ini memegang sekitar 490 miliar dolar dalam bentuk surat jaminan Departemen Keuangan AS dan mempunyai persediaan kurs mata uang asing sebesar lebih dari 1,5 trilun dolar. Clinton menuduh Beijing memanipulasi mata uangnya dan tidak mensyaratkan eksportirnya dengan standard-standard kesehatan dan lingkungan seperti yang diharuskan kepada perusahaan-perusahaan AS. (*)

Pewarta: bwahy
Editor: Bambang
COPYRIGHT © ANTARA 2008