Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta menawarkan pengelolaan sampah di tempat pembuangan akhir (TPA) Bantar Gebang, Bekasi, kepada investor asing yang lebih berpengalaman dalam pengolahan sampah dengan teknologi mutakhir. "Kita semua sudah sepakat ditender secara terbuka. Saya menyarankan bahwa tender terbuka ini harus bersifat internasional. Saya minta pihak lokal bisa bekerjasama dengan pihak internasional yang lebih punya pengalaman," kata Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo di Balaikota Jakarta, Rabu. Gubernur menerima paparan Dinas Kebersihan mengenai pengelolaan sampah di lokasi seluas 108 hektar tersebut. Kepala Dinas Kebersihan DKI Eko Baruna menyebut pihaknya sedang melakukan persiapan dan tender terbuka melalui internet yang akan dilakukan akhir April ini. "Kita berikan gambaran secara umum, kemudian mereka mengajukan proposal. Ini lelang investasi, mereka harus mempresentasikan. Mereka juga harus bawa duit, teknologi, SDM," papar Eko. Perlunya mitra asing disebut Gubernur dibutuhkan sebagai pihak yang lebih berpengalaman mengingat produksi sampah Jakarta yang mencapai 6.000 ton per hari. Eko menyebut dari jumlah itu, DKI mampu mengolah sendiri sampah sebesar 1.000 ton per hari, sementara sisanya sekitar 5.000 ton per hari dikirimkan ke Bantar Gebang. "Jadi kita kan punya kewajiban untuk menggunakan teknologi maju untuk mengelola sampah di Jakarta ini. Dan di antara lokasi yang punya potensi untuk itu masih tetap di Bantar Gebang," kata Foke (panggilan Fauzi Bowo). Beberapa investor yang menyatakan berminat terhadap proyek sampah tersebut adalah Jepang, Korea, Australia dan Singapura. "Tapi (pihak asing) tidak bisa langsung, mereka harus menggandeng mitra lokal," kata Eko. DKI mematok biaya pengolahan sampah sebesar Rp103 ribu per ton sehingga diharapkan angka yang ditawarkan dalam tender nantinya tidak over estimated. (*)

Editor: Bambang
COPYRIGHT © ANTARA 2008