Gorontalo (ANTARA News) - Toko-toko, kantor pemerintahan, kantor perbankan dan pusat keramaian umum tutup, akibat takut terjadi kerusuhan setelah ribuan massa pendukung Calon Walikota-Calon Wakil Walikota Gorontalo, A.W Thalib-Yani Suratinoyo (WAHYU), berunjuk rasa. Massa WAHYU menuntut, agar pembatalan pasangan calon yang diusung oleh Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Partai Demokrat oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Gorontalo segera dicabut atau tahapan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kota Gorontalo dihentikan sementara. Sementara itu, ratusan aparat kepolisian berjaga-jaga di kantor KPU, Kantor Walikota, Rumah Dinas Gubernur Gorontalo, dan juga di pusat-pusat pertokoan. Pada pukul 11.00 WITA, sekitar 15.000 pendukung salah satu pasangan calon walikota dan wakil walikota tersebut mendatangi kantor Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu). Mereka merusak kantor tersebut sehingga kaca-kaca pecah. Mereka juga mencabut papan nama Panwaslu. Selanjutnya, pada pukul 11.30 WITA massa mendatangi kantor walikota dan berhasil menerobos penjagaan petugas keamanan. Massa berhasil menduduki kantor walikota dan meminta Walikota Gorontalo, Medi Botutihe, agar segera menyelesaikan permasalahan Pilkada, terkait pembatalan pasangan WAHYU oleh KPU Kota Gorontalo. Selanjutnya, mereka menuju Rumah Dinas Gubernur untuk melakukan orasi. Mulai pukul 14.30 WITA, massa turun ke jalan-jalan di Kota Gorontalo. Aksi tersebut membuat masyarakat takut terjadi kerusuhan. Toko-toko pada Senin pagi sempat buka, namun melihat massa dalam jumlah yang besar akhirnya para pemilik toko menutup usahanya, angkutan dalam kota juga tidak berjalan. Massa turun ke jalan-jalan dengan berjalan-kaki, menggunakan sepeda motor dan juga bus. Mereka berkeliling kota sambil berorasi dengan menggunakan pengeras suara. Walaupun demikian hingga pukul 15.00 WITA, belum terjadi kerusuhan. Walikota Gorontalo saat menemui massa, meminta agar masalah Pilkada diselesaikan melalui proses hukum, karena masalah tersebut bukan wewenang pihaknya. Hal itu membuat massa emosi dan mengejek Walikota sebagai penakut, karena tak kunjung mengambil tindakan tegas. Medi sempat terpancing emosi dan mengeluarkan pernyataan, "Kalau tidak mau dengar saya, mending bunuh saja saya." (*)

Pewarta: imung
Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2008