Jakarta (ANTARA News) - Kepala Badan Penanaman Modal (BKPM), M. Lutfi, mengatakan investasi dalam bidang industri pulp dan kertas setiap tahunnya naik sekitar 7 miliar dolar AS. "Memang investasi di industri kertas setiap tahunnya tidak kurang dari 7 miliar dolar AS, trennya naik terus," kata Lutfi usai berbicara dalam Forum Bisnis Indonesia-Korea di Jakarta, Jumat. Menurut dia, sektor tersebut menarik bagi investor karena biaya produksinya rendah. "Di Finlandia, untuk mendapatkan pulp harus menunggu 60 tahun, kita pakai pohon akasia yang cuma butuh 6 tahun untuk bisa dijadikan pulp," ujarnya. Efisiennya produksi pulp dan kertas Indonesia, lanjut dia, menyebabkan maraknya tuduhan dumping yang diajukan pada kertas yang diekspor. Lutfi mengatakan realisasi investasi selama tiga bulan pertama 2008 secara umum juga meningkat. Namun, ia tidak mau menyebut besarnya realisasi investasi selama Kuartal I/2008. "Yang pasti secara agregat dia naik (realisasi investasi)," ujarnya. Ia mengkhawatirkan porsi pertumbuhan investasi asing yang jauh lebih tinggi daripada investasi dalam negeri. "Jadi saya minta waktu untuk menganalisisnya. Nanti kita umumkan Selasa (15/4)," tambahnya. Lutfi menjelaskan putusan Mahkamah Konstitusi (MK) terkait insentif hak atas tanah bagi investor dalam Undang-undang Penanaman Modal (UUB PM) yang tidak boleh disebut dapat diperpanjang di muka sekaligus tidak berpengaruh terhadap minat investor. "Tidak ada (pengaruh terhadap investasi baru), karena itu bukan masalah utamanya. Pasal itu ditulis (demikian) agar menarik," katanya. Fasilitas izin penggunaan tanah dan bangunan yang dapat diperpanjang di muka sekaligus itu, lanjut Lutfi, telah ada dalam Peraturan Pemerintah No.40/1996 dan ditulis kembali dalam UUB PM. Menurut dia, selama tanah dan bangunan tersebut dipakai dan tataruangnya tidak berubah, maka izin pakai boleh diperpanjang terus. "Kalau di Hongkong, Shanghai, Singapura itu istilahnya `lease hold for 99 years`. Setelah 99 tahun mesti dikembalikan ke pemerintah," paparnya. Minat investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia tetap tinggi. Bahkan, Lutfi mengaku optimistis produsen otomotif asal Perancis Renault yang sedang mencari negara ASEAN sebagai tujuan investasinya akan memilih Indonesia. "Pokoknya kalau mereka jadi buka di ASEAN, Insya Allah di sini (Indonesia)," ujarnya. Untuk menarik Renault, Lutfi mengatakan sedang mempertimbangkan fasilitas kereta listrik untuk transportasi produk otomotif.(*)

Editor: Heru Purwanto
COPYRIGHT © ANTARA 2008