Surabaya (ANTARA News) - Dekan Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Prof Dr dr Muhammad Amin SpP(K) mengakui, "dokter" tersangka utama teroris Noordin Mohd Top adalah lulusan Unair, yakni dr Agus Purwantoro (39). "Dia lulusan 1997, tapi dia dari angkatan 1988. Artinya, dia lulus setelah sembilan tahun, padahal 80 persen mahasiswa FK Unair lulus dalam enam tahun. Jadi, kemampuannya di bawah rata-rata dan mungkin dia banyak mengulang, sehingga lama," katanya di Surabaya, Senin. Ia mengemukakan hal itu, menanggapi penangkapan dokter Agus Idrus yang merupakan "dokter" tersangka utama teroris Noordin Mohd Top, oleh Polisi Diraja Malaysia. Agus ditangkap, karena memalsukan paspor dan diduga anggota jaringan teroris Poso. Polisi Diraja Malaysia menangkap Agus bersama Abu Husna alias Abdurrahim (45) pada Januari 2008, namun Agus mulai ditahan di Rutan Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat sejak April 2008. Menurut Muhammad Amin, Agus Purwantoro yang disebut-sebut Agus Idrus itu, tamatan SMAN 5 Surabaya yang lulus 10 Februari 1988, kemudian dia menjadi mahasiswa Unair pada tahun 1988 hingga lulus 7 Agustus 1997. "Dia lulus dengan IPK 2,24. Itu di bawah rata-rata," katanya menambahkan. Kartu riwayat mahasiswa FK Unair mencatat, Agus Purwantoro yang kelahiran Surabaya pada 18 Agustus 1969 itu, beralamat di Jalan Petemon IV/151 Surabaya. Agus juga tercatat sebagai anak M Thamrin S yang merupakan karyawan PT PAL. Nomor Induk Mahasiswa (NIM) milik Agus adalah 018812616, sedang nomor ijazah Agus adalah 2809/0113/01/d/1997. "Saat itu, saya sebenarnya menjadi dosen. Tapi saya tidak mengenal secara detail, karena kami memang tidak mempunyai record tentang dia dan kegiatannya di luar akademik," katanya. Penampilan fisik Agus Purwantoro dalam kartu riwayat mahasiswa itu terlihat agak putih kulitnya, rambut agak ikal, berkumis, dan ada sedikit jenggot. Secara terpisah, Kepala Sekolah SMAN 5 Surabaya, Drs Suhariono MM tampak enggan berkomentar, karena kepastian Agus Puwantoro sebagai alumnus SMAN 5 Surabaya belum diketahui secara pasti. "Selama belum ada informasi apa-apa dari polisi atau Diknas Jatim, maka saya belum dapat memberikan informasi apa-apa, karena bisa saja dia lulusan SMAN 5, tapi bisa juga hanya orang yang mengaku-aku," katanya. Namun, andaikata Agus merupakan lulusan SMAN 5 Surabaya pun tidak akan mempengaruhi pandangan masyarakat. "Masyarakat kita sudah dewasa, mereka tahu profil SMAN 5 Surabaya yang meluluskan Bung Karno (presiden pertama), Basofi Soedirman (mantan Gubernur Jatim), Bupati Sidoarjo Wien Hendrarso, dan sebagainya," katanya. "Kalau dia lulus pada 1988, maka apa yang dialami selama 20 tahun itu tidak ada kaitannya dengan SMAN 5 Surabaya, apalagi kegiatan keagamaan di SMAN 5 Surabaya juga biasa-biasa saja. Kalau pun ya, berarti takdir Allah SWT," katanya. (*)

Editor: Bambang
COPYRIGHT © ANTARA 2008