Jakarta (ANTARA News) - Kondisi pasar modal Indonesia dalam beberapa bulan ke depan masih tetap dibayangi ketidakpastian dan sebagai dampaknya, harga-harga saham maupun indeks harga saham gabungan di Bursa Efek Indonesia (BEI) masih tetap berfluktuasi dalam kisaran yang cukup lebar. Demikian salah satu kesimpulan diskusi yang menghadirkan nara sumber Ketua Tim Forum Stabilitas dan Sistem Keuangan (FSSK), Raden Pardede, dan Dirut Pefindo, Kahlil Rowter di Jakarta, Selasa. Kahlil dan Raden senada bahwa ketidakpastian pada pasar modal Indonesia masih dipicu ketidakpastian dan gejolak yang terjadi pada perekonomian Amerika Serikat yang melambat serta gejolak yang terjadi pada pasar keuangan negeri paman sam tersebut. Ia mengatakan perekonomian AS didominasi oleh sektor jasa yang didalamnya juga termasuk sektor keuangan. Karena itu dampak krisis dan perlambatan ekonomi sangat dirasakan sektor keuangan Indonesia (pasar saham dan obligasi). Padahal, menurutnya secara keseluruhan kinerja emiten yang tercatat di BEI cukup bagus dan menunjukan perbaikan. "Ada beberapa emiten yang mengalami upgrading peringkatnya, dan hanya satu atau dua saja yang mengaami penurunan," ujarnya. Penurunan indeks saham yang sejak kuaral I 2008 sekitar 20 persen hanya diakibatkan sentimen pasar saja, bukan karena kinerja emiten yang memburuk. Lagi pula perekonomian Indonesia saat ini cukup bagus, dan seharusnya juga memberikan dampak positif bagi perkembangan pasar modal Indonesia. Menurutnya hal yang sebaliknya juga berlaku pada kondisi 2007, dimana harga saham dan indeks mengalami kenaikan fantastis. Padahal saat itu perekonomian Indonesia sedang mengalami perlambatan. "Namun karena kondisi pasar saham regional yang bagus, juga akhirnya mendorong indeks BEI, naik fantastis. Jadi kenaikan itu didorong faktor sentimen pasar bukan karena kinerja emiten,"katanya. Raden mengungkapkan ketidakpastian masih tetap menyelimuti benak investor. Pasalnya tidak ada seorangpun yang tahu kapan krisis keuangan yang melanda AS itu bakal berakhir. "Ibaratnya seorang yang luka dan "nanahnya" masih belum seluruhnya keluar dari tubuh yang bersangkutan," kata Raden. (*)

COPYRIGHT © ANTARA 2008