Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah, Rabu pagi, merosot menembus angka Rp9.200 per dolar AS setelah sempat berkutat di kisaran Rp9.180/9.195 per dolar AS, karena pelaku pasar kembali membeli dolar AS. "Berlanjutnya aksi beli dolar AS oleh pelaku pasar didukung oleh membaiknya mata uang asing itu di pasar regional, meski ada laporan bahwa pemodal Indonesia merupakan terkuat ketiga di Asia setelah China dan India," kata Direktur Retail Banking PT Bank Mega Tbk, Kostaman Thayib, di Jakarta, Rabu. Nilai tukar rupiah terhadap greenback, demikian dolar AS kerap disebut, turun menjadi Rp9.202/9.208 dibandingkan pada penutupan hari sebelumnya di posisi Rp9.195/9.198 per dolar AS atau melemah tujuh poin. Menurut dia, menguatnya dolar AS di pasar regional, setelah keluarnya data harga produsen dan manufaktur AS yang menguat di luar perkiraan memicu pelaku asing membeli dolar itu. Kondisi ini juga memberikan sinyal kepada bank sentral AS (The Fed) agar hati-hati dalam menurunkan suku bunganya, katanya. The Fed, lanjut Kostman Thayib, pada 29 sampai 30 April nanti akan mengadakan pertemuan membahas penurunan suku bunga Fed fund yang menurut rencana akan diturunkan sebesar 50 basis poin menjadi 1,75 persen dari 2,25 persen. Apabila penurunan suku bunga Fed Fund terjadi diharapkan akan memberikan sentimen positif terhadap pasar domestik terutama terhadap rupiah, ucapnya. Ia mengatakan, pelaku pasar cenderung membeli dolar AS ketimbang rupiah, karena keyakinan memegang dolar AS lebih kuat, meski sejumlah faktor positif juga muncul terhadap rupiah. Indeks Nikkei, Jepang misalnya, menguat sebesar 1,3 persen, akibat membaiknya pasar saham regional, namun belum memberikan pengaruh positif terhadap pergerakan rupiah, katanya. Sementara itu, dolar AS terhadap euro naik 0,1 persen menjadi 1,5782 dan dolar AS terhadap yen melemah jadi 101,72 dari 101,85. Namun aktivitas pasar masih lesu, karena pelaku pasar masih menunggu pertemuan The Fed yang akan membahas tingkat suku bunga itu, ucapnya. (*)

COPYRIGHT © ANTARA 2008