Palembang (ANTARA News) - DPR kembali menegaskan bahwa penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) merupakan prasyarat untuk meraih kemakmuran, sehingga jika Indonesia ingin makmur, maka penguasaan iptek merupakan suatu keharusan. "Selama lebih dari tiga abad revolusi industri, kontribusi iptek berhasil meningkatkan produktivitas industri sebesar 50 kali lipat," kata Wakil Komisi VII DPR, Alvin Lie, di sela Rakornas Riset dan Teknologi di Palembang, Sumsel, Kamis. Karena itu, Alvin Lie mengatakan, meskipun Indonesia memiliki sumber alam melimpah, namun tanpa dukungan iptek, maka tak ada jaminan sumber alam ini bisa menyejahterakan rakyatnya apalagi mampu membuat bangsa memiliki daya saing kuat di dunia global. Berbagai lembaga dunia, seperti Program Pembangunan PBB (UNDP) atau Word Economics Forum (WEF), ujarnya, juga menempatkan teknologi sebagai salah satu faktor penentu daya saing dan kesejahteraan bangsa. Namun anggota Fraksi PAN itu juga mengingatkan, riset-riset di seputar iptek tidak bisa segera terlihat hasilnya dan memerlukan waktu 15-25 tahun investasi yang berkesinambungan untuk bisa memberi manfaat. "Negara-negara maju yang memiliki visi iptek itu merancang program pembangunan ipteknya untuk 20 tahun mendatang, hasil yang ada sekarang adalah juga rancangan 20 tahun lalu," katanya. Lebih jauh Alvin juga menyayangkan lambannya perkembangan inovasi teknologi dan komersialisasi hasil riset nasional. "Saya akui banyak keterbatasan lembaga-lembaga penelitian negara, misalnya keterbatasan wewenang, peraturan perundang-undangan dengan pola Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang tak mendukung pemanfaatan hasil riset, lemahnya interaksi dengan lembaga perguruan tinggi dan industri, serta tidak fokusnya kegiatan litbang," katanya. Dengan keterbatasan ini , maka sumbangan teknologi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional cukup menyedihkan karena dalam kurun 1996-2006 hanya 1,38 persen per tahun, dengan peran inovasi teknologi yang cukup signifikan terjadi pada tahun 2000 sebesar 3,5 persen, ujarnya. Sebelumnya, Menristek Kusmayanto Kadiman membeberkan sejumlah keberhasilan dan kekurangan riset nasional, dari mulai sektor pangan, energi, kesehatan dan obat-obatan, pertahanan, teknologi informasi dan telekomunikasi, sampai soal transportasi. "Namun yang saat ini sedang mengalami tantangan yang paling besar adalah kecukupan pangan, ketahanan energi serta ketersediaan air," katanya. (*)

Pewarta: muhaj
COPYRIGHT © ANTARA 2008