Jakarta (ANTARA News) - Saham-saham sektor perkebunan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) masih menunjukkan performa bagus karena terdorong faktor harga komoditas, terutama minyak kelapa sawit (CPO/crude palm oil). Dalam rentang setahun (April 2007-April 2008) saham-saham sektor perkebunan merupakan salah satu pendorong Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), selain sektor pertambangan. Analis Riset PT Recapital Securities, Poltak Hotradero, di Jakarta, Kamis, mengatakan perdagangan saham di Indonesia lebih didominasi oleh saham-saham yang berbasis komoditi, terutama pertambangan dan perkebunan, seiring dengan melambungnya harga komoditi. "Harga saham berbasis komoditi ini juga mengalami kenaikan cukup tajam," katanya. Berdasarkan data dari BEI, sektor Agri dalam rentang 17 April 2007 hingga 17 April 2008 telah mengalami kenaikan 54,47 persen, sedangkan IHSG hanya naik 2,97 persen. Saham-saham sektor agri ini lebih didominasi oleh saham-saham perkebunan yang berbasis CPO, yakni Astra Agro Lestari (AALI), Bakrie Plantations (UNSP), London Sumatera (LSIP) dan Sampoerna Agro (SGRO). Saham AALI dalam rentang setahun ini mengalami kenaikan 54,43 persen ke harga Rp26.100, UNSP naik 12,58 persen menjadi Rp1.900, LSIP menguat 42,33 persen ke harga Rp42,33 persen dan SGRO yang mencatatkan sahamnya pada September 2007 dengan harga IPO Rp2.300 naik 60,86 persen untuk berada di Rp3.700. Kenaikan harga saham-saham berbasis CPO ini memang sejajar dengan naiknya harga CPO di pasar domestik maupun di pasar internasional. Pada bulan April 2007, harga CPO di Rotterdam (Belanda) senilai 695 dolar AS per ton dan di pasar domestik (Medan) di harga Rp6.404 per kilogram (Kg). Hingga April tahun ini, berdasarkan data Bappebti (Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi), harga CPO ini mengalami kenaikan tajam, di mana di pasar internasional naik 76,97 persen atau berada di harga 1.230 dolar AS per ton di Rotterdam dan di Medan naik 47,78 persen menjadi Rp9.464 per Kg CPO. Naiknya harga CPO inilah yang menjadi salah satu faktor penguatan saham-saham sektor perkebunan, terutama yang berbasis CPO. Analis Riset PT Valbury Asia Securities Krisna Dwi Setiawan, mengatakan bahwa kenaikan indeks BEI cenderung ditopang oleh kenaikan beberapa harga komoditi, terutama yang berbasis CPO. Dengan terus menguatnya harga komoditas CPO di pasar internasional dan domestik ini telah ditanggapi perusahaan perkebunan untuk melakukan ekspansi dengan memperluas kebun sawitnya. AALI dalam rencana ke depan terus berupaya menggenjot produksi minyak sawit mentah dengan menargetkan penambahan lahan perkebunan kurang lebih seluas 200 ribu ha. Hingga akhir 2007, total lahan perkebunan AALI yang telah ditanami seluas 235 ribu ha dan yang masih konsong 70 ribu sampai 90 ribu ha. Sementara lahan kosong yang ada saat ini akan mulai ditanami secara bertahap tahun 2008 dan 2009 dengan menggunakan pendanaan internal. Dengan rencana tambahan lahan seluas kurang lebih 200 ribu ha, maka total lahan perseroan bakal meningkat menjadi 500 ribu ha. Mekanisme penambahan lahan perkebunan itu bisa melalui akuisisi maupun pembukaan lahan baru. Sedangkan UNSP pada tahun ini juga merencanakan menanam lahan seluas 5.000 hektar dan SGRO juga melakukan hal sama dengan, dimana pada tahun ini akan memperluas lahan sekitar 15 ribu hektar kebun inti dan plasma serta 25 ribu "land clearing" (lahan kosong). Aksi korporasi dan masih tingginya harga CPO di pasar internasional dan domestik ini masih akan menjadi daya tarik pelaku pasar untuk memburu saham perkebunan.(*)

Editor: Heru Purwanto
COPYRIGHT © ANTARA 2008