Jakarta (ANTARA News) - Menteri Negara BUMN, Sofyan Djalil, segera menyusun dan memperketat "Sale and Purchase Agreement" (SPA) untuk melindungi kepentingan nasional terkait rencana investasi raksasa baja internasional, Arcelor-Mittal di PT Krakatau Steel. "Kita akan buat SPA yang memungkinkan kita tetap mayoritas dan selama investor mau maksimal 40 persen, saya pikir itu tidak masalah," kata Menteri Negara BUMN, Sofyan Djalil, di Jakarta, Jumat. Ia mengatakan, dengan kepemilikan saham yang tetap mayoritas di PT KS, maka keputusan tetap ada di tangan BUMN tersebut, dengan begitu diharapkan kepentingan nasional tetap terlindungi. Pihaknya akan memperketat ketentuan-ketentuan dalam SPA yang di dalamnya memuat di antaranya besaran investasi, sumber daya, dan market. "Selama investor minoritas (kepemilikan sahamnya), maka `term and condition` tetap kita yang tentukan," katanya. Menteri menekankan, saat ini industri baja nasional terutama di PT KS masih memerlukan investasi sekitar 200-400 juta dolar AS. Investasi tambahan tersebut diharapkan mampu mendongkrak produktivitas baja nasional menjadi di atas 5 juta ton dari saat ini yang hanya 2,5 juta ton. Investasi sebesar itu rencananya akan didapatkan melalui privatisasi PT KS yang saat ini sudah ditentukan dengan dua pilihan yang belum diputuskan yaitu strategic sale atau IPO (Initian Public Offering/penawaran saham perdana). "Kalau KS IPO misalnya 30 persen, kita bisa untung Rp1 triliun tapi dengan kondisi pasar sekarang, sepertinya tidak mungkin," katanya. Sementara dengan opsi kedua, yaitu strategic sale 30-40 persen, katanya, akan lebih menguntungkan terlebih sudah ada Mittal yang menawarkan proposal kerjasama sebelumnya. "Kalau kita lepas saham di atas 51 persen, kita baru khawatir, tapi kalau kita hanya jual maksimal 40 persen, tidak perlu takut karena 60 persennya masih milik kita," katanya. Ia menekankan, dengan kepemilikan saham yang masih mayoritas di KS, maka semua hak untuk menentukan kebijakan masih ada di tangan KS. Untuk itu, maka ketentuan-ketentuan dalam SPA-lah yang harus disusun sedetail dan semenguntungkan mungkin bagi kepentingan nasional Indonesia. "Ide membawa Mittal ke Indonesia tidak ada ruginya, sebab kita perlu baja sekitar 11 sampai 12 juta ton dalam tempo beberapa tahun ke depan ini," katanya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2008