Jakarta (ANTARA News) - Kekalahan partai besar dalam beberapa pilkada gubernur/wakil gubernur dinilai sebagai bentuk kegagalan mencermati munculnya pemilih muda yang menginginkan perubahan. Pengamat politik yang juga Direktur Reform Instittute Dr Yuddy Latief mengatakan hal itu dalam Dialektika Demokrasi bertema "kekalahan Partai besar dalam Pilkada" di Gedung DPR/MPR Jakarta, Jumat. Dia mengemukakan, kecenderungan partai besar mengalami kekalahan dalam pilkada bisa berdampak atau berkolerasi terhadap hasil pemilu 2008. Hal itu disebabkan oleh komposisi pemilih Indoensia pada Pemilu 2009 sebesar 59 persen. "Kalau partai-partai besar tidak mampu mencermati komposisi demokrasi dan pemilih pada Pemilu 2009 dengan menyuguhkan program serta figur yang diajukan, tidak tertutup kemungkinan justru partai besar akan mengalami penurunan," katanya. Berdasarkan survei, kata pengajar di Universitas Paramadina Jakarta itu, sebesar 59 persen pemilih muda pada Pemilu 2009 memiliki semangat untuk mengubah situasi. Pemilih muda umumnya bosan dengan partai lama dengan figur yang tua dan `itu-itu" juga. "Mereka ingin perubahan," katanya yang menambahkan semangat perubahan itu juga dipicu oleh penilaian bahwa elit partai yang ada gagal memperbaiki kehidupan masyarakat. Dalam beberapa pilkada, kata Yuddy, ada kecenderungan kemenangan calon yang diajukan partai besar tidak diterima oleh pemilih muda. Pemilih muda menginginkan adanya pemimpin baru, walaupun usia pemimpin baru itu kadang tidak lebih muda dari pemegang kekuasaan. Pemilh muda dalam pilkada juga menjatuhkan pilihan politik kepada calon-calon baru karena menilai elite politik yang telah lama berkecimpung di pentas politik dan kebijakan pemerintah gagal mengatasi keadaan. "Pilihannya kemudian ke calon yang diajukan PAN atau PKS," katanya. Kemenangan calon yang diajukan PAN dan PKS juga disebabkan mesin politik yang bekerja optimal, "walaupun secara umum publik menyadari bahwa kinerja PAN dalam pentas politik belum begitu cemerlang," katanya. Yuddy juga mengungkapkan survei yang dilakukan Reform Instittute mengenai kecenderungan pemilih muda yang semula memilih partai besar mengalihkan sikap politiknya pada Pemilu 2009. Misalnya, pemilih muda yang memilih Golkar pada Pemilu 2004 akan hengkang ke partai lain pada Pemilu 2009 dan perolehan suara Golkar berkurang menjadi 64 persen dari perolehan hasil Pemilu 2004.(*) P

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2008