Jakarta (ANTARA) - Lima tahun silam pada 2015 baru ada 18 juta konsumen belanja dalam jaringan (daring) di Indonesia, namun sepuluh tahun kemudian pada 2025, mengutip data Google, angka itu diprediksi menembus 119 juta atau 45 persen dari total 264 juta penduduk Indonesia saat ini.

Laporan Navigating Market Opportunities in Indonesia's e-Commerce yang dikeluarkan perusahaan teknologi e-commerce SIRCLO pada 2019 makin menguatkan data itu.

Laporan SIRCLO ini menyebutkan rata-rata konsumen Indonesia berbelanja daring tiga sampai lima kali dalam satu bulan dan bisa menghabiskan 15 persen dari pendapatan bulanannya. Tak heran penjualan ritel e-commerce Indonesia terus menanjak.

Pada 2018 angkanya diperkirakan sudah Rp210 triliun. Empat tahun kemudian angka itu naik empat kali lipat menjadi Rp910 triliun.

Ritel daring yang tadinya hanya menyumbang delapan persen penjualan total pada 2018 pun, menurut SIRCLO, diprediksi menembus 24 persen pada 2022.

Angka-angka itu mengilustrasikan belanja daring telah menjadi gaya hidup yang tak mungkin ditarik mundur. Apalagi hal ini berbarengan dengan kian bersenyawanya kehidupan manusia dengan teknologi yang menemani manusia era ini selama 24 jam, di manapun dan kapanpun mereka berada.

Baca juga: Konsultan: Peritel besar mulai bereksperimen dengan konsep toko kecil


Mencari barang di toko fisikpun lama-kelamaan akan menjadi cerita masa lalu. Dan itu terjadi pada semua orang, termasuk aparatur sipil negara atau ASN yang jumlahnya saat ini sudah mencapai 4,3 juta jiwa.

Berdasar data yang ada, untuk menggaji ASN, termasuk tunjangan mereka, pada 2017 pemerintah mengeluarkan Rp86,93 triliun atau Rp7,49 triliun per bulan.

Seandainya temuan SIRCLO bahwa 15 persen pendapatan bulanan dibelanjakan lewat transaksi daring menjadi patokan untuk semua segmen, termasuk ASN, maka potensi paling optimistis untuk dana yang dibelanjakan secara daring oleh ASN adalah Rp93 miliar per bulan.

Ini angka yang luar biasa besar dan sungguh pasar yang gemuk nan menantang untuk digarap, dan salah satu yang menyadari potensi ini adalah TokTok.id.

Untuk saat ini mungkin hanya situs marketplace ini yang berani hadir dengan mendaulat diri khusus untuk ASN.

"Kami satu-satunya yang khusus membidik pasar ASN karena kami tahu potensi ekonomi dan non ekonomi ASN memang luar biasa besar," kata Boyke Yanuar, Vice President Government Relations TokTok.id, kepada ANTARA awal Februari 2020.


Daya beli tinggi

Mengusung tagline "Murah, Mudah, Menguntungkan", situs belanja daring khusus anggota Korpri ini merambah banyak hal yang umumnya berkaitan dengan kebutuhan konsumsi ASN.

Laman yang diasuh tim Boyke Yanuar ini menawarkan produk makanan, minuman, kesehatan dan kecantikan, anak dan bayi, rumah dan elektronik, fesyen, gadget, kebutuhan kantor dan produk digital.

Namun berbeda dari kebanyakan situs belanja daring, metode pembayaran TokTok terbilang unik, yakni membayar dengan mencicil.

Bukan dengan kartu kredit, bukan pula dengan menyerahkan rekening bank atau fasilitas e-wallet seperti umum ditemukan saat bertransaksi online.

Cukup masukkan username dan Nomor Induk Kepegawaian (NIK). Setelah itu, anggota Korpri sudah bisa langsung berbelanja pada harga yang tidak menguras isi saku mereka.

Uniknya lagi, username dan NIK ini bisa digunakan juga oleh keluarga anggota Korpri yang menjadi member TokTok. Begitu mudah, begitu user-friendly.

"Karena TokTok dirancang untuk memanjakan ASN," kata Boyke yang adalah alumnus Jurusan Hubungan Internasional pada Universitas Padjadjaran Bandung  ini.

Salah satu yang kemanjaan yang ditawarkan Toktok adalah point reward yang memiliki banyak manfaat untuk individu aktif penggunanya.

Tak hanya dalam soal belanja, anggota Korpri juga berkesempatan mendapatkan hadiah, promo, voucher dan sebangsanya.

Dengan segala kelebihan itu, TokTok bisa membuat ASN terikat kepadanya. Faktanya, member TokTok memang sangat responsif kepada setiap penawaran atau program situs belanja daring ini.

Membidik 1,2 juta ASN di Jabodetabek, TokTok memang baru dilanggani oleh 20.000 ASN yang menjadi member setia. Tetapi jangan ragukan daya beli ke-20 ribu ASN ini.

Menggandeng beberapa merek ternama untuk berbagai produk yang ditawarkan, dengan potongan harga menarik dan fasilitas cicilan yang langsung potong gaji, keduapuluh ribu member TokTok itu lahap dalam berkonsumsi.

"Saya tak menyangka gadget seharga belasan juta saja habis terbeli. Ini menunjukkan daya beli ASN itu tinggi," kata Boyke.

Baca juga: 95 persen anggota Aprindo bertransformasi ke sistem daring


Rp200 miliar

Daya beli seperti itu membuat TokTok yakin dalam beberapa tahun ke depan tumbuh signifikan dari dua tahun sebelumnya yang disebut Boyke berdarah-darah.

Boyke optimistis, "tiga tahun ke depan omzet kami sudah bisa tumbuh Rp200 miliar dalam setahun."

Keyakinan ini didasarkan kepada struktur permodalan yang terus tumbuh, selain karena setiap waktu menyelaraskan diri dengan teknologi yang terus berkembang karena bisnis ini tak bisa lepas dari teknologi dan semua kebaruannya.

TokTok juga tahu pasti dalam dua tahun terakhir ini, terutama karena tautan lekat dengan pemerintah, kepedulian atau awareness ASN kepada situs ini sangatlah tinggi.

Tidak itu saja, kepercayaan dan jaringan pemasok juga sudah terbangun kuat membuat marketplace khusus Korpri ini dapat meningkatkan pertumbuhan baik aset maupun omzet.

Jika semua itu sudah mengarah ke sana, harapan TokTok menjadi situs belanja daring paling diandalkan oleh ASN Indonesia pun menjadi lebih mudah diwujudkan.

"Dengan cara begitu TokTok bisa menjadi platform belanja daring terpercaya untuk ASN dan turut meningkatkan kesejahteraan ASN," kata Boyke.

Bukan semata kesejahteraan ASN dan lalu lintas uang yang menjadi hirauan utama, namun situs belanja daring milik para anggota Korpri ini juga berusaha ikut memberdayakan ekonomi.

Posisinya sebagai marketplace membuat TokTok menjadi kendaraan bagi pelaku usaha mikro, kecil dan menengah, dalam menawarkan, memasarkan dan menarik untung dari produk-produknya. Dan itu semua tanpa perlu sewa kios, pun tak perlu bayar listrik, atau membayar tenaga pemasaran.

Angka 4,3 juta ASN yang dibidik TokTok jelas potensi yang amat seksi bagi usaha apa pun, termasuk UKM. Lebih dari itu, angka sebesar itu sudah pasti menjadi kekuatan yang melebihi spektrum ekonomi semata.

Namun untuk saat ini TokTok fokus hadir untuk mempermudah ASN dalam mendapatkan segala kebutuhan mereka, yang baik langsung maupun tak langsung membantu mereka dalam meninggikan kualitas hidup, sekarang dan nanti.

"Karena kesejahteraan ASN-lah yang menjadi alasan kami hadir," tutup Boyke Yanuar.

Baca juga: Perusahaan ritel daring berpotensi jadi penggerak ekonomi


 

Pewarta: Jafar M Sidik
Editor: Agus Salim
COPYRIGHT © ANTARA 2020