Jakarta (ANTARA) - Saham China jatuh pada hari Kamis karena data pinjaman yang lebih lemah dari perkiraan memicu kekhawatiran likuiditas dan membebani sentimen.

Indeks saham unggulan CSI300 turun 0,8 persen menjadi 4.973,35, sedangkan indeks Shanghai Composite turun 0,2 persen menjadi 3.524,74 poin.

Jumlah pinjaman terbaru di perbankan China turun menjadi 1,08 triliun yuan (166,5 miliar dolar AS) pada Juli, terendah dalam sembilan bulan.

Baca juga: Saham Shanghai naik sementara indeks saham unggulan turun

Pertumbuhan total pembiayaan sosial (TSF), ukuran luas terhadap kredit dan likuiditas dalam perekonomian, melambat menjadi 10,7 persen pada bulan Juli-- angka terlemah sejak Februari 2020 -- dari tahun sebelumnya dan dari 11 persen pada bulan Juni.

"Kami memperkirakan adanya perlambatan yang mengarah pada penurunan pertumbuhan ekonomi akan berlanjut dalam beberapa bulan mendatang, meskipun pemotongan suku bunga dan tingkat pengembalian (RRR/required rate of return) berlanjut," kata Capital Economics dalam sebuah catatan.

Bahan pokok konsumen memimpin penurunan, dengan sub-indeks ditutup turun 1,8 persen.

Baca juga: Saham China dibuka lebih rendah pada Rabu

Sub-indeks asuransi turun 1,5 persen, karena regulator perbankan dan asuransi China kemarin mengatakan akan meningkatkan pengawasan terhadap perusahaan asuransi online.

Saham perawatan kesehatan jatuh, sub-indeks tergelincir 1,5 persen, karena jatuhnya pembuat vaksin di pasar AS kemarin membatasi selera risiko, setelah UE mengatakan sedang mencari kemungkinan efek samping baru dari suntikan vaksin COVID-19 berbasis mRNA.

Sub-indeks baja naik 2,5 persen.

Sub-indeks semikonduktor naik 0,9 persen. Indeks telah naik sekitar 35 persen sepanjang tahun ini. Pasar saham-saham padat teknologi STAR, naik 0,5 persen hari ini.

"Kami mengharapkan STAR/ChiNext untuk terus berkinerja unggul dalam waktu dekat karena mereka condong ke energi baru, dengan fundamental yang membaik," tulis Meng Lei, ahli strategi saham-A di UBS Securities. "Namun, kami tidak berpikir likuiditas akan berkurang lebih lanjut dalam waktu dekat kecuali ada risiko penurunan yang signifikan terhadap ekonomi."
 

Pewarta: Biqwanto Situmorang
Editor: Budi Suyanto
COPYRIGHT © ANTARA 2021