Bagi Emil, sapaan akrab Emilia Nova, pesta olahraga terbesar di Tanah Air edisi ke-20 itu bakal menjadi momentum comeback pasca-operasi tulang belakang pada Juni 2021.
Sebelumnya, Emilia Nova harus berjuang melawan cedera yang bahkan menunda mimpinya untuk tampil di Olimpiade Tokyo 2020. Padahal, ketika itu dia punya kesempatan besar setelah Indonesia mendapat satu tempat melalui Universality Quota.
Namun persoalan yang dia hadapi membuat Pengurus Besar Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PB PASI) menggantinya dengan Alvin Tehupeiory yang akhirnya turun di nomor 100meter putri.
Emil mengaku merasakan ada masalah pada pinggang sejak November tahun lalu. Ketika itu, dia pun menjalani segala cara untuk bisa pulih, termasuk melakukan fisioterapi.
Namun rasa sakit tak kunjung hilang. Meski demikian, Emil masih berpikir bahwa masalah yang dialami hanya cedera pinggang biasa. Sehingga proses latihan tetap dia lakukan.
Hingga akhirnya pada April 2021, dia pun melakukan pemeriksaan lebih lanjut. Setelah melakukan X-ray, MRI, dan CT Scan, ternyata perempuan 26 tahun itu mengalami fraktur dan spondylolisthesis di L4 atau kondisi tulang belakang bergeser dari posisi normal.
Baca juga: Emilia Nova alami pergeseran tulang belakang sebelum Olimpiade Tokyo
Kepada ANTARA, belum lama ini, Emil sempat tak percaya dengan kondisinya tersebut. Sebab, dia masih bisa berlatih dan bisa mencatatkan rekor terbaiknya.
Tetapi setelah tiga dokter mengatakan hal yang sama dan rasa sakit yang terus menghantui, dia akhirnya memutuskan operasi pada Juni lalu.
Pasca-operasi, Emil mengaku kondisinya membaik. Perlahan tapi pasti, dia pun mulai berlatih untuk dapat mengembalikan performa. Perempuan yang lahir pada 20 Agustus 1995 berharap bisa comeback dengan lebih kuat agar bisa meraih impian-impian selanjutnya.
Termasuk bisa memberikan yang terbaik untuk Kontingen DKI Jakarta di PON Papua nanti. Emil dijadwalkan akan turun di nomor 100meter lari gawang putri dan jika memungkinkan juga berlaga di nomor estafer 4x100meter putri.
Kondisi ini berbeda dengan PON edisi sebelumnya di Jawa Barat pada 2016. Ketika itu, Emil juga tampil di untuk nomor saptalomba. Namun di Papua, dia gagal lolos kualifikasi untuk nomor tersebut.
Pengalaman mumpuni
Sebagai atlet nasional, Emilia Nova memiliki segudang pengalaman tampil di berbagai ajang besar. Salah satu prestasi terbesarnya adalah meraih perak pada nomor 10meter lari gawang Asian Games 2018 di Jakarta-Palembang.
Ketika itu, dia finis di posisi kedua dengan catatan waktu 13,33 detik. Emilia berada di belakang atlet asal Korea Selatan Jung Hye-lim yang meraih emas usai mencatatkan waktu 13,20 detik.
Sebelum itu, Emil juga pernah menyabet perak nomor saptalomba di SEA Games 2017 Kuala Lumpur, Malaysia. Dia mengumpulkan 5.386 poin atau berada di belakang peraih emas Sunisa Khotseemueang asal Thailand yang meraih 5.430 poin.
Baca juga: Emilia Nova dan emas pertamanya di SEA Games
Kemudian, dia juga berhasil menyumbang satu emas dalam ajang SEA Games 2019 di Filipina usai mencatatkan waktu tercepat 13,61 detik.
Kala itu, Emil mengalahkan Tran Thi Yen Hoa asal Vietnam yang berada di urutan kedua dengan 13,75 detik dan Nur Izlyn Zaini dari Singapura yang meraih perunggu usai mencatatkan waktu 13,92 detik.
Selain prestasi di multievent, Emil juga memiliki deretan torehan apik di berbagai ajang lainnya. Misalnya menjadi yang tercepat dalam ajang Malaysia Open 2019.
Comeback di PON Papua
Kini, Emil pun mengatakan akan berjuang keras untuk bisa meraih hasil terbaik di PON Papua. Meski dia mengatakan tak mematok target tinggi mengingat ini merupakan ajang besar pertamanya pasca-operasi.
Emil sejatinya adalah andalan tim atletik DKI Jakarta. Pada gelaran PON edisi sebelumnya 2016, dia berhasil membawa pulang tiga emas dari Tanah Pasundan.
Masing-masing pada nomor 100meter lari gawang putri, saptalomba, dan estafet 4x100meter putri. Bahkan dua nomor pertama yang disebutkan, dia mencatatkan rekor.
Pada 100meter lari gawang putri, Emil meraih emas sekaligus memecahkan rekor PON setelah mencatatkan waktu tercepat 13,35 detik.
Dia berada di depan sang senior yang juga atlet DKI Jakarta Dedeh Erawati (13,56 detik) dan Rohani dari Nusa Tenggara Barat (14,14).
Lalu di nomor saptalomba, Emil memecahkan rekor nasional usai meraih poin tertinggi 5.382. Dia mengalahkan atlet Jawa Barat Rini Susanti dengan 4.800 poin dan Rohimayati asal Bangka Belitung yang meraih perunggu dengan 4.571 poin.
Adapun emas untuk nomor estafet 4x100meter, dia meraihnya bersama Yuliana, Irene Alisjahbana, dan Dedeh Erawati.
Baca juga: Tim atletik DKI Jakarta bidik delapan emas di PON Papua
Tambahan tiga emas yang diraih Emilia Nova membuat tim atletik DKI Jakarta keluar sebagai juara umum dengan 15 emas, 3 perak, dan 2 perunggu.
DKI mengalahkan tuan rumah, Jawa Barat, yang finis di urutan kedua dalam koleksi medali atletik dengan 7 emas, 11 perak, dan 6 perunggu. Adapun Nusa Tenggara Barat di urutan ketiga dengan 5 emas, 3 perak, dan 6 perunggu.
Adapun di PON Papua, tim atletik DKI Jakarta menurunkan 32 atlet yang tampil di 25 nomor dari 48 yang dilombakan. Dari jumlah tersebut, tujuh atlet di antaranya adalah penguhuni pelatnas.
Selain Emilia Nova, ada Jeany Nuraini yang dijadwalkan turun di dua nomor, yakni 100 meter putri dan estafet 4x100 meter putri.
Kemudian Frederick Saputra untuk putra dan Diva Renata untuk putri yang masing-masing dijadwalkan turun di nomor lompat tinggi galah putra dan putri.
Lalu pada nomor 100 meter putra, ada dua nama, yakni Bayu Kertanegara dan Wahyu Setiawan dan satu nama lainnya adalah Odekta Elvina Naibaho yang bakal turun di tiga nomor, yakni 5.000 meter, 10.000 meter dan maraton.
Baca juga: Tujuh atlet pelatnas atletik perkuat DKI Jakarta di PON Papua
Baca juga: Dua misi Ken Ayuthaya untuk lari gawang DKI Jakarta di PON Papua
Baca juga: Pembuktian Jeany Nuraini dalam debutnya di PON Papua
Editor: Irwan Suhirwandi
Copyright © ANTARA 2021