“Arena (dayung) dipuji banyak orang. Airnya seperti kaca, lintasan dan jalur dayungnya bagus sekali. Jadi, sekarang tergantung kepada pemerintah provinsi dan kota mau diapain itu setelah PON. Jangan sampai terbengkalai,” ujar Wakil Sekretaris Jenderal PB PODSI Brata Tryana Hardjosubroto saat ditemui di Jayapura, Senin.
Brata mengatakan arena dayung di Teluk Youtefa yang menghabiskan dana sekitar Rp14 miliar itu memiliki desain megah. Dia menyanyangkan apabila arena perlombaan itu berakhir terbengkalai seperti arena dayung di Jakabaring Sport City (JSC).
“Fasilitasnya, seperti gudang perahu dan menara finis-nya bagus. Sekarang, tinggal pemerintah Papua atau pengurus PODSI Papua, akan diapakan itu dengan fasilitas sebagus itu,” katanya.
Baca juga: Dayung PON XX diikuti 22 provinsi, rebutkan 40 medali
PODSI juga berharap status kepemilikan arena dayung juga dapat dituntaskan karena status area itu masih merupakan tanah adat. Pemerintah kota harus menyewa kepada suku adat.
“Jadi, itu harus dikonfirmasi kepemilikannya. Itu tanah adat. Jadi mereka, selesai PON harus diselesaikan (karena) belum dimiliki (pemerintah provinsi),” katanya.
Dayung merupakan salah satu cabang olahraga PON Papua yang dimainkan lebih awal yaitu pada 27 September sebelum upacara pembukaan pesta olahraga empat tahunan yang akan digelar pada Sabtu akhir pekan ini.
Cabang dayung diikuti 22 provinsi serta akan memperebutkan 40 medali emas yang terdiri dari 15 medali emas dari nomor rowing, 16 canoeing, dan sembilan dari nomor traditional boat race (TBR).
Baca juga: Atlet dayung Vany Ibo bangga PON digelar di Papua
Pewarta: Shofi Ayudiana
Editor: Imam Santoso
Copyright © ANTARA 2021