Tampil di Auditorium Universitas Cenderawasih, Kabupaten Jayapura, Magdalena mencatatkan total angkatan 657,5kg dari squat 240kg, bench press 180kg dan dead lift 237,5kg, demikian catatan resmi panitia PON XX Papua.
"Sebenarnya, itu benar-benar angkatan yang belum pernah saya angkat sebelumnya. Ini mukjizat Tuhan, angka 237,5kg itu baru terjadi hari ini," kata dia usai pengalungan medali emas.
Angkatan terbaik Magdalena dalam babak bench press memecahkan rekor nasional sebelumnya 161kg yang juga dia ciptakan. Pun dengan angkatan terbaik dead lift dari sebelumnya 220kg.
Magdalena mengawali angkatan pada babak squat 230kg dan 240kg tanpa kendala, namun saat bobot barbel ditambah 250kg, wasit menyatakannya gagal.
Pada babak bench press, Magdalena kembali gagal dalam percobaan pertama seberat 170kg. Angkatan ini dapat diatasinya pada percobaan kedua dan ketiga masing-masing 172,5kg dan 180kg.
Baca juga: Aneu Veronika raih emas angkat berat PON Papua untuk Jabar
Beranjak ke babak dead lift, barbel seberat 210kg, 220kg dan 237,5kg berhasil ditaklukan Magdalena meski diwarnai aksi protes dari pelatih Riau Deriswan.
"Saya lihat dari layar tadi. Angkatan dead lift itu di saat beban diangkat, posisi kaki harus lurus. Tadi Magdalena bengkok, akhirnya lepas barbelnya dan jatuh tadi, harusnya itu gagal," kata Deriswan.
Tetapi dewan juri yang terdiri atas Ani Suprapti, Sugito dan Dewi menyatakan angkatan Magdalena berhasil berdasarkan evaluasi siaran ulang di ruang broadbcast Uncen.
Sementara itu medali perak direbut oleh lifter asal Riau Sri Rahayu yang membukukan total angkatan 654kg (squat 287,5kg, bench press 160kg dan dead lift 207,5kg).
Atlet tuan rumah Seila Waimory berhak atas medali perunggu dengan catatan angkatan total 650kg dari squat 290kg, bench press 160kg dan dead lift 200kg.
Baca juga: Panitia angkat berat PON Papua sempat tunda pemenang akibat protes
Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2021