Tangerang (ANTARA News) - 14 calon tenaga kerja Indonesia (TKI) dengan tujuan Malaysia yang mayoritas berasal dari Jawa Timur, terlantar di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, karena tidak memiliki dokumen resmi dari perusahaan penyalur yang merekrutnya. "Kami saat ini menahan sebanyak 14 calon TKI dengan tujuan Malaysia karena tidak memiliki dokumen resmi dari PPJTKI (Perusahaan Pengerah Jasa Tenaga Kerja Indonesia)," kata Kapolres Khusus Bandara Internasional Soekarno-Hatta, AKBP Tejo Subagio kepada ANTARA di Tangerang, Jumat. Dia mengatakan, para calon TKI tersebut berasal dari beberapa daerah di Jawa Timur dan Banten dan mengaku membayar Rp5 juta hingga Rp6,25 juta kepada PT BMS yang terletak di Polugadung, Jakarta Timur. Rencananya para calon TKI ini akan diberangkatkan ke Bandara Sultan Syarief Kasim II di Pekanbaru, Riau, kemudian dilanjutkan mengunakan kapal motor melewati Sungai Siak dan seterusnya dibawa ke Malaysia. Bila seorang dari calon TKI itu lolos, maka rekan mereka lainnya akan menyusul dengan modus yang sama, yakni melalui jalur perairan sungai hingga menunju negeri jiran. Para calon TKI tersebut berusia antara 19 hingga 25 tahun dengan inisial masing-masing, RS (21), DS (20), DP (22), FP (25), HS (19), JH 25), NS(24), PAP(24), SH (20), SM (21), TA (23), YT (23), EW (20), dan AS (24). Pihaknya saat ini sedang memburu pimpinan PT BMS yang dianggap bertanggungjawab terhadap keberangkatan para calon TKI itu. Bahkan pihaknya telah berkoordinasi dengan petugas Imigrasi dan yang terkait di Pekanbaru untuk mengantisipasi calon TKI lainnya agar mereka berangkat memiliki dokumen yang resmi. "Kami sudah menghubungi petugas yang berwenang di Pekanbaru terkait adanya pengiriman calon TKI yang berangkat melalui Bandara Soekarno-Hatta," katanya. Seorang calon TKI asal Desa Wonorejo, Kecamatan Bantul, Kabupaten Malang, Jatim, mengatakan bahwa dirinya telah membayar Rp6,25 juta kepada seseorang yang mengaku agen PPJTKI untuk menjamin keberangkatannya ke Malaysia, namun hingga kini belum juga diberangkatkan karena kebanyakan dari mereka tidak memiliki paspor. "Memang saya berangkat naik pesawat dari Surabaya dengan tujuan Jakarta, namun setelah dua hari, kami hanya bertahan di Bandara Soekarno-Hatta," katanya. Sedangkan rekan dia lainnya yang beralamat di Kampung Cilamaya RT 14/04 Desa Suradita, Kecamatan Cisauk, Kabupaten Tangerang, Banten, mengatakan bahwa dirinya hanya membayar Rp5 juta kepada sebuah agen di Jakarta Timur.(*)

Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2006