Liwa, Lampung (ANTARA News) - Warga Pekon (Desa) Pemerihan, Kecamatan Bengkunat Belimbing, Lampung Barat semakin terancam keselamatannya akibat keberadaan puluhan gajah liar di kawasan pemukiman.

"Semakin hari kami dirundung kecemasan akibat gajah liar yang tak kunjung pergi dari area pemukiman, ketakutan kami beralasan sebab hampir setiap malam puluhan gajah itu ke luar dan merusak lahan pertanian dan perkebunan warga," kata warga Pekon (Desa) Pemerihan, Kecamatan Bengkunat Belimbing, Lampung Barat, Marwan (38) di Pemerihan, Kamis malam.

Dia menjelaskan, puluhan gajah liar tersebut mampu memporak-porandakan kampung.

Warga itu menuturkan, sejak dua pekan terakhir kehidupan masyarakat menjadi tidak tenang akibat satwa.

"Saya tidak bisa melakukan aktifitas sebagaimana mestinya, sebab puluhan gajah itu berada dekat di area pertanian, saya takut saat melakukan aktifitas tiba saja gajah itu mengamuk," kata dia.

Marwan menerangkan, setiap hari ratusan warga melakukan penyiagaan kampung, agar gajah liar itu tidak masuk kampung.

Dikatakannya, bila kondisi ini tidak segera ditanggulangi maka keselamatan warga benar benar menjadi taruhan.

Sekitar 30 ekor gajah liar yang keluar dari hutan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS), sejak dua mingu terakhir satwa liar itu meresahkan masyarakat Pekon (Desa) Pemerihan, Kecamatan Bengkunat Belimbing, Lampung Barat.

Puluhan satwa liar tersebut telah merusak kebun dan lahan pertanian milik warga setempat akibatnya masyarakat menderita kerugian akibat gagal panen.

Hingga saat ini petugas yang dibantu oleh masyarakat, terus melakukan pengaman kampung guna menghalau puluhan gajah, yang mana hampir setiap malam satwa itu keluar dan mendekat ke area pemukiman warga.

Peralatan yang digunakan masyarakat dalam mengamankan kampung diantaranya kentongan, mercon juga obor, sebab suara yang dikeluarkan itu dapat mengusir gajah untuk menjauh dari area pemukiman warga.

Kerusakan hutan menjadi penyebab terjadinya konflik hewan dan manusia, ini perlu menjadi perhatian bagi pemerintah pusat untuk menanggulangi masalah ini.

Sebelumnya Kepala Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah II, Achmad Sutardi mengatakan, petugas terus melakukan pengamanan diarea kampung.

"Desa ini memang menjadi lokasi perlintasan satwa, dan puluhan gajah liar tersebut memang akan melakukan perpindahhan lokasi, sebab dilokasi hutan sebelumnya, pasokan makanan satwa tersebut sudah menipis," kata dia.

Dia mengatakan, sejauh ini belum ada pemukiman warga yang rusak akibat gajah.

Dia menuturkan, pemukiman warga yang dekat dengan lokasi hutan, menjadi langganan terjadinya konflik satwa.

"Kami akan melakukan penyiagaan kampung hingga gajah liar tersebut pergi, dan petugas yang diterjunkan terus melakukan pengaman ketat, agar satwa tersebut tidak masuk kampung dan merusak pemukiman," katanya.  (ANT049/Z002/K004)

Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2011