Jakarta (ANTARA) - Presidensi G20, yang diemban Indonesia pada 2022 ini dinilai dapat menjadi katalis transformasi ekonomi nasional sejalan dengan tema "Recover Together, Recover Stronger" yang diangkat selama presidensi kali ini.

"Kita harus meredesain transformasi ekonomi Indonesia pasca-COVID-19, tidak hanya kembali ke masa sebelum krisis, namun lebih baik dari sebelum krisis. Transformasi ekonomi ini adalah titik penting kita untuk mencapai visi Indonesia Emas 2045," kata Deputi Bidang Perekonomian Kementerian PPN/Bappenas Amalia Adininggar Widyasanti saat webinar "Presidensi G20 Indonesia: Transformasi Ekonomi untuk Penguatan dan Pemulihan Bersama" di Jakarta, Kamis.

Menurut dia, dalam rilisnya, transformasi ekonomi memerlukan peningkatan kualitas pendidikan, riset, inovasi, pengetahuan, dan kebijakan berbasis bukti yang merupakan berbagai aspek penting untuk meningkatkan daya saing.

Apalagi, lanjutnya, integrasi isu-isu kebijakan utama seperti transformasi ekonomi dan kebijakan sosial penting untuk menghasilkan kebijakan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif.

Amalia juga menyampaikan bagaimana isu prioritas khususnya transformasi ekonomi, mendukung pencapaian agenda G20, di antaranya dengan mengimplementasikan enam strategi besar transformasi ekonomi Indonesia yang terdiri dari sumber daya manusia yang kompetitif, produktivitas ekonomi, ekonomi hijau, transformasi digital, integrasi ekonomi domestik, dan pemindahan ibu kota.

Pembicara lainnya Deputi Bidang Kerjasama Ekonomi Internasional Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Edi Prio Pambudi yang juga Co-Sherpa G20 menjelaskan bagaimana Kepresidenan G20 Indonesia akan mengintegrasikan masukan dari kelompok kerja dan kelompok keterlibatan untuk memastikan serapan kebijakan G20 terkait transformasi ekonomi dan kebijakan sosial.

"Langkah-langkah parsial sudah tidak mungkin dilakukan, yang dibutuhkan adalah aksi kolektif. Kami dengan senang hati akan memfasilitasi think tank supaya bisa menghasilkan G20Think, sesuatu yang mengarahkan dari komitmen menjadi referensi kebijakan yang dihasilkan," kata Edi.

Menurut Edi, Indonesia selama ini dipercaya sebagai pihak pembangun jembatan, sehingga peran ini berguna untuk mengajak dunia lebih fokus pada percepatan pemulihan pandemi.

Direktur Eksekutif CSIS dan Co-Chair T20 Yose Rizal Damuri menyoroti tantangan terbesar yakni menemukan dasar bersama untuk bergerak mendapatkan mekanisme dan sistem di tingkat global yang dapat mendukung penyelesaian isu-isu yang ada.

Selain itu, Yose berharap G20 tidak hanya sebagai communique atau sebatas komitmen saja, tetapi perlu didorong untuk pembentukan dan penggalangan aksi dalam pemulihan ekonomi dunia.

Duta Besar Australia untuk Indonesia Penny Williams PSM menyatakan dukungan negaranya terhadap Presidensi G20 Indonesia, yang dinilai menempatkan Indonesia pada garis depan fokus dan perhatian internasional, terutama terkait dengan kebijakan ekonomi dan sosial.

Dalam konteks ini, Australia merupakan mitra penting bagi Indonesia dalam mencapai upayanya untuk mendorong komitmen kolektif global untuk mempercepat pemulihan ekonomi global yang inklusif.

"Australia sangat mendukung Presidensi Indonesia pada G20 tahun ini untuk memperkuat ekonomi global dan memastikan pemulihan pasca pandemi COVID-19, sehingga dapat tercapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (atau SDGs) kita. Australia juga menyambut baik upaya Indonesia untuk berfokus pada hasil yang nyata dan berdampak pada tiga prioritas utama, yaitu menata kembali arsitektur kesehatan global, transformasi berbasis digital, dan transisi energi yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan," kata William.

Sebagai mitra erat, lanjutnya, Australia siap untuk bekerja sama dengan pemangku kepentingan di Indonesia untuk mensukseskan agenda G20 Indonesia.

Baca juga: Kemenkeu: G20 RI berhasil terbitkan komunike yang seimbang
Baca juga: Presidensi G20 Indonesia dorong kolaborasi, persatuan negara anggota
Baca juga: Indef: Presidensi G20 peluang pengembangan kolaborasi ekonomi digital

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Kelik Dewanto
COPYRIGHT © ANTARA 2022