Singapura (ANTARA) - Saham-saham Asia kembali menguat pada perdagangan Jumat pagi, mengikuti Wall Street semalam ketika Presiden AS Joe Biden membalas Rusia dengan sanksi keras setelah melepaskan pasukan, tank dan rudal ke Ukraina.

Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang naik 0,68 persen, sementara Nikkei Jepang diperdagangkan menguat 1,53 persen dan indeks Hang Seng Hong Kong bertambah 0,16 persen. Saham Australia naik 0,3 persen, didorong rebound di saham teknologi.

Investor menemukan kembali selera risiko mereka semalam setelah beberapa penurunan tajam di awal perdagangan, dengan indeks utama AS membukukan kenaikan di Wall Street pada Kamis (24/2/2022), dipimpin oleh saham teknologi.

Namun, saham berjangka AS tergelincir di awal perdagangan Asia, dengan indeks berjangka e-mini S&P500 jatuh 0,61 persen dan indeks berjangka Nasdaq merosot 0,92 persen.

Baca juga: Nikkei anjlok ke titik terendah 15 bulan atas situasi di Ukraina

Analis khawatir setiap aksi reli mungkin akan berlangsung cepat.

"Sanksi Biden dan keengganan untuk mengerahkan pasukan memberikan sedikit kelegaan. Tetapi konflik ini akan menjadi masalah yang berlarut-larut dan menambah tekanan inflasi global yang akan membuat bank-bank sentral tetap di jalur untuk pengetatan," kata Kyle Rodda, analis di IG Markets di Melbourne.

"Tidak apa-apa untuk saat ini, tetapi dalam jangka panjang pasar akan mengikuti ke bawah," katanya.

Harga minyak, yang melonjak ketika invasi Rusia dimulai pada Kamis (24/2/2022) sebelum jatuh kembali, naik lagi pada Jumat di tengah kekhawatiran tentang gangguan pasokan.

Minyak mentah berjangka Brent naik 2,0 persen menjadi diperdagangkan di 101,20 dolar AS per barel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS juga naik menjadi diperdagangkan di 94,46 dolar AS per barel, meskipun kedua harga acuan turun dari level tertingginya.

Baca juga: Aksi jual ekuitas dan uang Asia kian dalam karena Rusia serang Ukraina

Namun emas spot turun 0,4 persen menjadi 1.910,96 dolar AS per ounce, setelah sebelumnya menyentuh level tertinggi sejak September 2020 di 1.973,96 dolar AS karena investor mencari tempat yang aman.

Imbal hasil pada obligasi pemerintah AS 10-tahun berada di 1,95 persen setelah penurunan awal menjadi 1,84 persen pada Kamis (24/2/2022), penurunan harian terbesar sejak akhir November.

Indeks dolar AS, yang mengukur greenback terhadap sekeranjang mata uang utama, turun 0,12 persen menjadi 96,98, setelah naik pada Kamis (24/2/2022) ke level yang terakhir terlihat selama gelombang pertama pandemi virus corona. Rubel Rusia berada di 83,43 terhadap dolar, bangkit dari rekor terendah di 89,986.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan pada Kamis (24/2/2022) malam bahwa tirai besi baru sedang turun di Eropa.

Tentara Ukraina memerangi pasukan Rusia saat mereka menyerbu dari tiga sisi sementara sekitar 100.000 orang meninggalkan rumah mereka, menurut PBB, banyak yang berjongkok di ruang bawah tanah dan stasiun kereta bawah tanah untuk menghindari penembakan. Pihak berwenang Ukraina mengatakan 137 orang tewas pada hari pertama pertempuran.

Negara-negara Barat melipatgandakan upaya mereka untuk melumpuhkan kemampuan Rusia untuk melakukan bisnis, membekukan aset bank dan memotong perusahaan milik negara. Tapi mereka berhenti memutuskan Rusia dari sistem perbankan internasional SWIFT atau menargetkan minyak dan gas, yang menurut beberapa analis telah membantu pasar untuk pulih.

Pada Kamis (24/2/2022), indejs Dow Jones Industrial Averageditutup naik 92,07 poin atau 0,28 persen menjadi 33.223,83 poin. Indeks S&P 500 naik 63,2 poin atau 1,50 persen menjadi 4.288,70 poin dan indeks Komposit Nasdaq bertambah 436,10 poin atau 3,34 persen menjadi 13.473,59 poin.

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Budi Suyanto
COPYRIGHT © ANTARA 2022