Shanghai (ANTARA) - Pasar saham Asia menguat pada perdagangan Rabu pagi, di tengah rebound ekuitas China yang terpukul dan menjelang pertemuan Federal Reserve AS yang diawasi ketat, sementara harga minyak tetap bergejolak karena investor mempertimbangkan hasil pembicaraan damai tentang Ukraina.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy mengatakan pada Rabu bahwa pembicaraan damai terdengar lebih realistis tetapi lebih banyak waktu diperlukan, bahkan ketika serangan udara Rusia berlanjut dan jumlah pengungsi dari invasi Moskow mencapai 3 juta.

Rebound di saham Asia terjadi sehari setelah melonjaknya infeksi virus corona di China dan menghancurkan ekspektasi penurunan suku bunga oleh bank sentral negara itu membuat saham di pasar daratan dan Hong Kong jatuh.

"Orang-orang khawatir bahwa pembuat kebijakan akan percaya bahwa ekonomi berjalan jauh lebih baik dan pertumbuhan rebound dan tidak perlu untuk langkah-langkah pelonggaran kebijakan lebih lanjut," kata Ting Lu, kepala ekonom China di Nomura.

Baca juga: Saham Asia ikuti reli Wall Street, pasar bidik risiko Ukraina

"Saya pikir penurunan suku bunga kecil bukanlah masalah besar, tetapi orang-orang khawatir tentang misalnya strategi nol-COVID, orang-orang khawatir tentang pasar properti dan ... kebijakan lainnya."

China telah melihat peningkatan perubahan positif dalam kinerja ekonominya yang didukung oleh data ekonomi yang sangat bagus, tetapi dampak dari kebangkitan COVID-19 terbaru perlu diwaspadai, kata juru bicara biro statistik China, Selasa.

Pada Rabu, otoritas kesehatan China melaporkan sedikit penurunan dalam kasus baru dibandingkan dengan sehari sebelumnya, meskipun kota-kota besar China terus bergulat dengan penyebaran kasus.

Lonjakan 2,6 persen dalam indeks Hang Seng Hong Kong (HSI) dan kenaikan 0,5 persen pada indeks saham unggulan China CSI300 memimpin kenaikan di seluruh Asia pada Rabu pagi, dengan indeks MSCI untuk saham Asia-Pasifik di luar Jepang terangkat 1,21 persen.

Baca juga: Saham Asia dibuka tergelincir tertekan data pekerjaan AS yang kuat

Saham Australia naik 1,08 persen dan Kospi Seoul bertambah 0,55 persen, sedangkan indeks saham Nikkei Jepang terdongkrak 1,29 persen.

Kenaikan di Asia mengikuti reli semalam di Wall Street didorong oleh harapan resolusi di Ukraina. Indeks S&P 500 naik 2,14 persen, Nasdaq melonjak 2,92 persen dan Dow Jones Industrial Average naik 1,82 persen.

Analis di ING mengatakan dalam sebuah catatan bahwa mereka memperkirakan pergerakan pasar di Asia menjadi "hati-hati" menjelang pertemuan Fed.

Investor memperkirakan bank sentral AS akan menaikkan suku bunga untuk pertama kalinya dalam tiga tahun setidaknya 25 basis poin di tengah lonjakan harga-harga. Pedagang juga akan mengawasi Fed untuk rincian tentang bagaimana rencananya untuk mengakhiri program pembelian obligasi.

Imbal hasil obligasi AS tetap stabil di awal perdagangan Asia, dengan imbal hasil acuan obligasi 10-tahun di 2,1455 persen, setelah sebelumnya naik menjadi 2,169 persen, tertinggi sejak Juni 2019.

Imbal hasil obligasi dua tahun terakhir di 1,847 persen dari penutupan 1,857 persen.

Dolar AS turun sedikit terhadap sekeranjang mata uang lainnya, diperdagangkan pada 98,904, dan tidak berubah terhadap yen di 118,28. Euro naik tipis 0,12 persen menjadi 1,0964 dolar.

Harga minyak, yang telah diperdagangkan lebih rendah di awal sesi, berbalik lebih tinggi, dengan invasi Rusia ke Ukraina terus memicu perdagangan yang bergejolak.

Patokan global minyak mentah Brent naik 0,41 persen menjadi 100,30 dolar AS per barel, dan minyak mentah AS bertambah 0,45 persen menjadi 96,87 dolar AS per barel.

Harga emas spot naik 0,14 persen menjadi diperdagangkan di 1.920,55 dolar AS per ounce.

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Budi Suyanto
COPYRIGHT © ANTARA 2022