Bogor, Jabar (ANTARA) - Survei komprehensif menyatakan bahwa sebanyak 70 persen responden percaya bahwa organisasi internasional nirlaba Marine Stewardship Council (MSC) dapat dipercaya untuk menghentikan penangkapan ikan berlebih.

"Proporsi tinggi juga terlihat pada tingkat kepercayaan pemangku kepentingan terhadap MSC sebagai program yang efektif dalam mencapai visi menjamin laut masa depan yang selalu penuh dengan kehidupan," kata CEO MSC Rupert Howes dalam taklimat media yang dikirimkan kepada ANTARA di Bogor, Jawa Barat, Kamis, seperti disampaikan Direktur Program MSC Indonesia Hirmen Sofyanto.

MSC adalah organisasi nirlaba internasional yang menetapkan standar berbasis sains yang diakui secara global untuk penangkapan ikan berkelanjutan dan rantai pasokan makanan laut.

Program sertifikasi dan ekolabel MSC mengakui dan menghargai praktik penangkapan ikan yang berkelanjutan serta membantu membangun pasar makanan laut yang lebih berkelanjutan.

Survei tersebut berlangsung pada November dan Desember 2021, di mana para pemangku kepentingan yang menjadi responden berpartisipasi secara daring dan survei tersedia dalam 11 bahasa.

Lebih dari 1.000 pihak di seluruh dunia telah memberikan respons terhadap Survei Pemangku Kepentingan MSC, termasuk Indonesia.

Dalam riset itu, MSC berkolaborasi dengan GlobeScan, sebuah lembaga peneliti dan konsultasi penasihat ternama untuk menjamin proses yang independen dan ketat.

"GlobeScan telah mengompilasi rangkuman hasil survei dalam laporan yang dapat dilihat dalam laman https://www.msc.org/about-the-msc/reports-and-brochures/stakeholder-survey-reports

Ia menjelaskan bahwa hampir 80 persen responden bersedia berbincang dan memiliki pandangan positif mengenai organisasi ini.

Selain itu, hasil juga menunjukkan adanya perbedaan perspektif antarkelompok pemangku kepentingan dan lokasinya.

Disebutkan bahwa meskipun kepercayaan terhadap MSC rendah bagi kelompok LSM/NGO, namun sebanyak 71 persen kelompok pemangku kepentingan ini tetap bersedia berbincang mengenai MSC dengan baik, dan 79 persen menyatakan tidak menghalangi peluang kolaborasi.
Informasi mengenai survei pemangku kepentingan yang dilakukan Marine Stewardship Council (MSC) bersama GlobeScan, sebuah lembaga peneliti dan konsultasi. FOTO ANTARA/HO-MSC Indonesia


Survei mengumpulkan masukan bagi kinerja hubungan MSC dengan pemangku kepentingan. Bekerja dengan sektor perikanan untuk mendemonstrasikan bagaimana program MSC dapat melindungi mata pencaharian yang dinilai sebagai kunci membangun kepercayaan kelompok ini.

Selain itu, area lain yang menjadi catatan dan saran adalah MSC perlu mengembangkan program dalam penguatan peran di bidang advokasi untuk perikanan berkelanjutan dan peningkatan kesadaran konsumen.

"Saat ini 19 persen hasil tangkapan laut telah terlibat dalam program MSC, yang tidak mungkin terjadi tanpa adanya komitmen dari berbagai mitra," kata Rupert Howes.

Pemangku kepentingan MSC, kata dia, memiliki ekspektasi yang tinggi -- dan terkadang bertentangan -- dengan program yang ada, namun pihaknya sangat terbuka bagi kolaborasi.

Ia menambahkan rekomendasi dan masukan pemangku kepentingan disampaikan pada waktu yang tepat di mana saat ini MSC sedang memulai pengembangan strategi organisasi baru untuk diberlakukan pada 2030.

Pandangan para pemangku kepentingan ini akan mendorong perancangan strategi, yang akan menjadi dasar penyusunan rencana MSC delapan tahun ke depan dalam mengatasi ancaman perikanan berlebih, demikian Rupert Howes.

Baca juga: Pemangku Kepentingan MSC: Penurunan stok ikan ancaman terbesar lautan

Baca juga: MSC-KKP kolaborasi perbaikan perikanan berkelanjutan di lima wilayah

Baca juga: Gandeng IPB, MSC susun modul pelatihan standar perikanan berkelanjutan

Baca juga: KKP gandeng MSC gelar bimtek standar global perikanan berkelanjutan

 

Pewarta: M Fikri Setiawan
Editor: Andi Jauhary
COPYRIGHT © ANTARA 2022