Medan (ANTARA) - Wali Kota Medan, Sumatera Utara Muhammad Bobby Afif Nasution mengatakan bahwa penurunan angka kekerdilan pada anak (stunting) telah memacu Indonesia untuk menciptakan generasi unggul yang berkualitas.

“Dengan diselenggarakannya Hari Keluarga Nasional (Harganas) tahun 2022 di Kota Medan, telah menjadi motivasi bagi pihak kami agar lebih terpacu menurunkan prevalensi stunting di wilayah ini,” kata Bobby saat ditemui ANTARA di Kota Medan, Sumatera Utara, Rabu.

Bobby menyatakan bahwa penurunan angka prevalensi stunting menjadi hal yang sangat penting untuk menghindari menghindari dampak jangka panjang yang dapat merugikan kehidupan anak di masa depan.

Sebab anak yang terkena stunting, dapat terhambat segala tumbuh kembangnya, yakni tubuh yang tidak dapat tumbuh dengan maksimal, diikuti dengan kemampuan intelektual yang rendah dan mudah terkena penyakit di usia tua.

Baca juga: BKKBN turunkan 798 pendamping keluarga cegah stunting di Pangkep
Baca juga: Harganas 2022 momentum tingkatkan layanan KB pasca-persalinan

Di Kota Medan sendiri, tercatat sebanyak 550 balita atau sebesar 20 persen anak di atas dua tahun lahir dalam kondisi stunting. Kondisi tersebut membuat dirinya beserta jajaran terpacu untuk membangun sumber daya manusia yang berkualitas.

Pemerintah Kota Medan pada tahun 2022 kemudian membuat sebanyak 15 program, 16 kegiatan serta berbagai sub-kegiatan yang diselenggarakan bersama 10 Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dengan menggelontorkan anggaran senilai Rp198 miliar untuk menurunkan angka stunting di daerahnya.

"Besar harapan pada Harganas ini untuk menjadi wadah bagi kita, untuk saling belajar dan mengaplikasikan kegiatan yang tepat guna untuk turunkan angka stunting, baik di Kota Medan atau wilayah seluruh nusantara," kata Bobby.

Kepala BKKBN Hasto Wardoyo mengatakan stunting menjadi ancaman terhadap kualitas generasi muda Indonesia.

Baca juga: BKKBN: Lingkungan sehat salah satu syarat terbebas dari stunting
Baca juga: Gubernur: Kedatangan Presiden jadi semangat baru Sumut tekan stunting

Hasto menyebutkan Indonesia kini sedang menghadapi berbagai masalah kependudukan. Di antaranya sebanyak 24,4 persen anak mengalami stunting, 9,8 persen mengalami gangguan emosional mental, lima persen kecanduan NAPZA, satu persen menderita autisme serta tiga persennya merupakan difabel.

Bila dibiarkan, Hasto memprediksi Indonesia sulit untuk menikmati bonus demografi lantaran memiliki generasi penerus yang tidak produktif pada tahun 2045 mendatang.

Oleh karena itu peran serta masyarakat untuk menurunkan angka stunting menjadi sangat penting untuk menciptakan generasi unggul di tahun 2045.

"Sehingga hampir 40 persen generasi muda kita kurang optimal. Kalau kita bisa menurunkan angka stunting, kita bisa mengurangi faktor pemberat sumber daya manusia. Sumber daya manusia ini juga investasi yang penting," ujar Hasto.

Baca juga: Kolaborasi cegah stunting demi siapkan generasi emas
Baca juga: BKKBN bangun sinergi tekan stunting

 

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Budhi Santoso
COPYRIGHT © ANTARA 2022