Jakarta (ANTARA) - Smartphone atau ponsel pintar sudah menjadi bagian yang kini tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Indonesia terutama dengan momentum transformasi digital.

Pandemi COVID-19 juga menjadi alasan ponsel pintar kini semakin melekat dengan kehidupan masyarakat di Tanah Air.

Benda kotak yang kini selalu ada di genggaman tangan ini ternyata memiliki proses yang sangat panjang untuk membuatnya menjadi satu perangkat yang bisa digunakan untuk berbagai kebutuhan.

ANTARA berkesempatan untuk melihat langsung proses pembuatannya dengan bertandang ke salah satu pabrik produksi ponsel pintar yang di pasarkan di Tanah Air yaitu Infinix.

Baca juga: Infinix diam-diam rilis Note 12 Pro versi 4G

Adapun pabrik yang dikunjungi itu terletak di Delta Silicon, Kabupaten Bekasi bernama PT.Adi Reka Mandiri (ARM) bertanggung jawab pada perakitan dari komponen mentah hingga proses pengemasan untuk seri-seri ponsel Infinix yaitu seri Smart, Hot, hingga Note.

Kali ini produksi yang sedang berlangsung adalah untuk ponsel Infinix Note 12 yang baru luncur beberapa bulan lalu dan Infinix Smart 6.

Kunjungan itu dipandu oleh Production Departement Head ARM Wisnu Sarwo Weweka dengan langsung mengenalkan tiga proses besar untuk perakitan ponsel Infinix di Indonesia.

"Ada tiga proses besar yaitu assembly line, running test, dan packing line," kata Wisnu memulai perjalanan tersebut, Kamis.
 
Perakitan tahap awal dari Infinix Note 12 oleh para pegawai PT. Adi Reka Mandiri (ARM) di Kabupaten Bekasi, Kamis (21/7/2022). (ANTARA/Livia Kristianti)

Pada proses assembly line, yaitu proses awal untuk merakit komponen-komponen dasar, prosedur dimulai dengan pengecekan material baik secara kualitas maupun kuantitas terutama untuk material yang dikirim secara impor seperti PCB (print circuit board) ataupun baterai.

Setelah pengecekan selesai dan dipastikan tidak ada masalah pada material-material barulah proses perakitan dimulai. Proses perakitan dimulai dengan menyiapkan layar bagian depan serta PCB untuk menjadi mesin penggerak ponsel.

Setelah itu proses terus berlanjut dengan menambahkan fitur-fitur fisik lainnya seperti kamera, pelantang suara, antena,dan baterai.

Baca juga: Infinix Hot 12 tawarkan spesifikasi gaming
Penambahan komponen antena RF untuk menangkap sinyal konektivitas dari perangkat Infinix Note 12 oleh para pegawai PT. Adi Reka Mandiri (ARM) di Kabupaten Bekasi, Kamis (21/7/2022). (ANTARA/Livia Kristianti)


Pengecekan pertama pun dimulai dengan memastikan tidak ada sensor atau fitur dasar yang terlewat, proses itu disebut "current test".

Jika berhasil melewati proses tersebut, maka proses selanjutnya adalah pemasangan baut-baut agar komponen-komponen tersebut bisa menyatu dengan lebih baik.

Pengetesan kembali dilakukan, ada banyak pengetesan mulai dari pengetesan fungsi layar, jaringan WiFi, lalu fungsi GPS, fungsi flash, hingga fungsi kamera, serta fungsi-fungsi lainnya memastikan ponsel benar-benar bekerja dengan optimal setelah disatukan menggunakan baut-baut.

Proses assembly ini terbilang cukup unik mengingat dilakukan secara manual oleh tenaga manusia sehingga dibutuhkan ketelitian tinggi agar ponsel-ponsel bisa beroperasi dengan maksimal.

Baca juga: Infinix Smart 6 akan debut di India 27 April 2022

Para pegawai pun harus menggunakan baju khusus berupa jubah panjang, disertai topi, dan wrist strap atau dikenal juga sebagai gelang antistatis untuk mengurangi potensi terjadinya arus listrik statis.

Dengan standar operasi yang begitu tinggi pun pada proses perakitan, Infinix kembali mengetes ponsel-ponsel yang sudah dirakit dalam proses "Running Test".
Kondisi ruangan "running test" memastikan fungsi ponsel Infinix Note 12 berjalan optimal setelah melewati tahapan perakitan awal di PT. Adi Reka Mandiri (ARM) Kabupaten Bekasi, Kamis (21/7/2022). (ANTARA/Livia Kristianti)


Proses pengetesan itu bisa dibilang semi otomatis karena memang dibutuhkan petugas khusus namun tidak banyak, para petugas bertanggung jawab mengaktifkan sistem "Factory Mode" menguji fitur-fitur yang ditawarkan ponsel-ponsel tanpa berhenti dalam kondisi menyala selama delapan jam.

Dari "Running Test" nantinya akan diketahui ponsel mana yang sudah memenuhi standar dan ponsel mana yang mengalami masalah.

Wisnu menceritakan "Running Test" memang pengetesan yang disiapkan secara khusus mengikuti permintaan Infinix sehingga pengecekan kualitas bisa berjalan dengan lebih optimal.

Pengetesan sejenis "Running Test" bisa diajukan oleh pembuat ponsel pintar sehingga produsen bisa mencapai standar yang menurutnya tepat bagi para pelanggannya.

Baca juga: Infinix Hot 11 2022 hadir dengan layar lebar dan baterai 5000 mAh
"Untuk running test memang disiapkan mengikuti permintaan Infinix, kita sediakan ruang khusus dengan kapasitas maksimal sekitar 9000 ponsel bisa menjalani pengetesan," katanya.

Setelah proses "Running Test", ponsel-ponsel yang telah berhasil memenuhi standar disiapkan untuk masuk ke dalam tahapan terakhir yaitu pengemasan.

Pengujian manual oleh tenaga manusia pun kembali dilakukan sebelum nantinya di tahapan pengemasan ponsel-ponsel ini melewati tahapan penulisan "IMEI".

Baca juga: Infinix INBOOK X2 tawarkan kamera laptop cahaya ganda

IMEI merupakan nomor unik yang dimiliki ponsel pintar dan dipastikan berbeda antar satu ponsel dengan ponsel lainnya bisa dibilang IMEI berfungsi layaknya KTP yang dimiliki manusia.
Proses injeksi IMEI untuk ponsel pintar Infinix SMART 6 yang telah berhasil melewati pengetesan "running test" di PT. Adi Reka Mandiri (ARM) Kabupaten Bekasi, Kamis (21/7/2022). (ANTARA/Livia Kristianti)


Sehabis memasukkan nomor IMEI, ponsel pun dipasangi screen protector dan memulai perjalanan pengemasan dengan dimasukkan ke dalam boksnya.

Adapun aksesoris tambahan yang dimasukkan adalah pengisi daya termasuk kabel USB, headset, hingga panduan penggunaan ponsel.

Pengecekan kelengkapan produk beserta aksesorisnya kembali dilakukan, cara memastikannya dengan penimbangan produk sehingga bobot dan isi di dalam kemasan dipastikan benar-benar sesuai.

Baca juga: Infinix luncurkan empat ponsel untuk seri Note 11
Pengetesan terakhir untuk ponsel Infinix SMART 6 sebelum akhirnya memasuki tahapan pengemasan akhir "shrink pack" di PT. Adi Reka Mandiri (ARM) Kabupaten Bekasi, Kamis (21/7/2022). (ANTARA/Livia Kristianti)


Setiap 100 ponsel yang telah dipastikan selesai, nantinya akan ada pengecekan acak pada 10 ponsel untuk pabrik memastikan fungsi,kinerja, dan spesifikasinya seluruhnya sudah sesuai.

Pengemasan yang berhasil akan ditutup dengan proses "Shrink Pack" memastikan benar-benar ponsel itu tersegel rapih dan dalam posisi siap dikirim ke distributor untuk nantinya bisa berakhir di genggaman tangan pelanggan.

Setiap harinya PT. ARM menargetkan untuk membuat setidaknya 9000 unit ponsel Infinix dengan sistem dibagi dua shift yaitu shift pagi dan malam.

Baca juga: Infinix rilis ponsel gaming Hot 11S NFC harga di bawah Rp2 juta

Masing-masing shift mampu menghasilkan 4500 unit yang telah diproses secara teliti baik memanfaatkan tenaga manusia secara manual hingga pemanfaatan mesin.

Sebelum mengetahui bahwa ponsel pintar ternyata tercipta dari proses yang panjang, mungkin anda kerap kali meremehkan ponsel-ponsel khususnya yang tergolong kategori "low-end".

Namun berkaca dari proses pembuatan satu ponsel pintar yang memakan waktu panjang, rasanya pengguna harus lebih menghargai dan menggunakan perangkatnya dengan optimal sehingga ponsel pintar anda bisa menggenapi fungsinya.

Itu juga menjadi sebuah penghargaan bagi para perakit dan perancang dengan proses panjang di balik kenyamanan ponsel pintar yang ada di genggaman tangan anda.

Baca juga: Infinix Smart 6 dirilis dengan baterai besar dan Android 11 GO Edition

Baca juga: Infinix Zero X Series resmi meluncur di Indonesia

Baca juga: Infinix akan bawa Zero X Neo dan Zero X Pro ke Indonesia

Pewarta: Livia Kristianti
Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2022