Singapura (ANTARA) - Harga minyak naik di perdagangan Asia pada Rabu sore, setelah anjlok lebih dari dua persen di sesi sebelumnya karena laporan penurunan persediaan minyak mentah dan bahan bakar AS memfokuskan kembali investor pada permintaan yang kuat di konsumen minyak utama dunia itu.

Minyak mentah berjangka Brent terangkat 40 sen atau 0,5 persen, menjadi diperdagangkan di 81,17 dolar AS per barel pada pukul 07.23 GMT. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS naik 48 sen atau 0,6 persen, menjadi diperdagangkan di 77,55 dolar AS per barel.

Stok minyak mentah AS turun sekitar 6,1 juta barel dalam pekan yang berakhir 21 April, menurut sumber pasar yang mengutip angka American Petroleum Institute (API) pada Selasa (25/4/2023). Para analis memperkirakan persediaan minyak mentah turun sekitar 1,5 juta barel.

Persediaan bensin turun 1,9 juta barel pekan lalu, sementara persediaan sulingan naik 1,7 juta barel, kata sumber API melaporkan. Data stok resmi dari pemerintah AS akan dirilis pada Rabu waktu setempat.

Stok minyak mentah AS telah turun sejak pertengahan Maret karena kilang-kilang meningkatkan produksi mereka untuk menghasilkan lebih banyak bensin menjelang periode permintaan puncak musim panas yang dimulai pada Mei.

Hal itu telah mendorong harga berjangka WTI ke dalam sebuah backwardation yaitu harga spot saat ini lebih tinggi dari harga yang diperdagangkan di pasar berjangka, yang mencerminkan permintaan kilang-kilang yang lebih tinggi.

"(Backwardation yang lebih tinggi) menyesuaikan dengan tingkat pemanfaatan yang kuat karena kilang-kilang saat ini mengolah banyak minyak mentah pada suatu titik di musim ketika permintaan bensin baru saja mulai meningkat," kata analis minyak Stephen Schork dalam buletin Schork Report-nya.

Harga minyak turun lebih dari dua persen pada Selasa (25/4/2023), kembali ke level yang hampir sama sebelum Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutu produsen lainnya seperti Rusia, yang dikenal sebagai OPEC+, mengumumkan pengurangan produksi tambahan pada awal April.

Momentum kenaikan yang dibawa oleh pemotongan OPEC hampir habis dan ekspor minyak Rusia tidak menunjukkan penurunan yang jelas, meninggalkan sisi penawaran tanpa dukungan lebih lanjut, kata Song Yang, analis dari China Galaxy Futures dalam sebuah catatan.

Sementara data API mendorong pasar lebih tinggi pada Rabu, kekhawatiran ekonomi yang bertahan dan ekspektasi kenaikan suku bunga lebih lanjut yang dapat membatasi pertumbuhan permintaan bahan bakar melawan tanda-tanda peningkatan kenaikan konsumsi jangka pendek.

Keyakinan konsumen AS turun ke level terendah sembilan bulan pada April karena kekhawatiran tentang masa depan meningkat, semakin meningkatkan risiko bahwa ekonomi dapat jatuh ke dalam resesi tahun ini.

Investor juga menunjukkan kekhawatiran bahwa potensi kenaikan suku bunga baru oleh bank-bank sentral yang memerangi inflasi dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi dan mengurangi permintaan energi di Amerika Serikat, Inggris, dan Uni Eropa.

Federal Reserve AS, bank sentral Inggris dan bank sentral Eropa diperkirakan akan menaikkan suku bunga pada pertemuan mendatang. The Fed akan menggelar pertemuan pada 2-3 Mei.


Baca juga: Minyak turun tertekan kekhawatiran baru permintaan dan penguatan dolar
Baca juga: Minyak stabil, investor timbang permintaan China, kenaikan suku bunga
Baca juga: Rubel Rusia menguat setelah tergelincir karena penurunan harga minyak

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
COPYRIGHT © ANTARA 2023