New York (ANTARA News) - Harga minyak dunia membara mendekati rekor tertinggi, Kamis, ketika perdagang mencemaskan rekor permintaan bensin AS dan keperihatinan geopolitik yang berhubungan dengan Korea Utara dan Iran. Harga New York kehilangan momentum kecil sementara harga minyak di London diperdagangkan naik tipis, namun di kedua pasar itu harga melayang-layang mendekati rekor tertinggi. Kontrak utama New York, minyak mentah "light sweet" untuk penyerahan Agustus, ditutup turun lima sen pada 75,14 dolar per barel. Kontrak telah menabrak rekor harian selama ini yakni 75,40 dolar per barel dalam perdagangan Rabu. Itu melebihi puncak harian sebelumnya yang sebesar 75,35 dolar yang terjadi pada 21 April. Dalam transaksi di London Kamis, minyak mentah "Brent North Sea" untuk penyerahan Agustus ditutup naik 10 sen menjadi 74,08 dolar per barel dalam perdagangan elektronik. Brent telah menyentuh 74,22 dolar per barel sehari sebelumnya -- yang menandai level tertinggi sejak 2 Mei ketika ia menyentuh rekor 74,97 dolar. "Para peserta ingin melihat apakah cadangan cukup untuk melewati musim mengemudi (di AS), khususnya karena pasokan dapat diganggu oleh badai yang akan datang nanti dimusim panas ini," kata John Kilduff, analis energi di Fimat USA, seperti dilansir AFP. Harga minyak AS moderat meski laporan utama dari Departemen Energi (DoE) menunjukkan hal yang lebih buruk dibandingkan dengan perkiraan turun dalam invientaris minyak mentah mingguan. Laporan inventarisasi DoE menunjukkan cadangan minyak mentah turun 2,4 juta barel menjadi 341,3 juta selama sepekan yang berakhir pada 30 Juni. Analis memperkirakan penurunan hanya 650.000 barel. Cadangan bensin yang diawasi dengan cermat karena puncak permintaan AS selama musim mengemudi, menunjukkan kenaikan 700.000 barel menjadi 213,1 juta. Analis memprediksikan penurunan 2,0 juta barel. DoE juga melaporkan bahwa penyulingan AS beroperasi dengan kapasitas 93,1 persen pada pekan lalu, turun tipis dari 93,8 persen di pekan sebelumnya. Sementara itu, analis Societe Generale, Deborah White, mengatakan ia memperkirakan harga akan "rebound". Pada Rabu, harga berjangka minyak mentah melonjak hingga rekor tertinggi di New York menyusul berita bahwa Korea Utara teleh menembakkan sedkitnya 11 rudal uji coba, dan setelah produsen minyak utama Iran menunda pembicaraan penting di Brusel mengenai program nuklirnya. Internasional tidak pasti mengenai baik Korea Utara maupun Iran terus akan mendukung harga minyak, menurut analis. (*)

COPYRIGHT © ANTARA 2006