Jakarta (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengatakan pohon mangrove atau bakau berpotensi untuk dapat memitigasi, serta adaptasi terhadap dampak buruk fenomena El Nino.

"Kalau untuk mencegah secara langsung itu sulit, namun bisa untuk mitigasi dan adaptasi. Misalnya supaya tidak terlalu panas," ujar Peneliti Ahli Utama Bidang Riset Ekologi dan Restorasi Ekosistem Mangrove BRIN Suyadi kepada ANTARA di Jakarta, Kamis.

Menurutnya, hal tersebut dikarenakan pohon mangrove dapat menyuplai oksigen (O2), serta menyerap karbon dioksida (CO2) yang cukup tinggi, sehingga pada akhirnya menyimpan karbon di bagian vegetasi dan soil.

Ia menyampaikan, dari penelitian yang sudah ada, pohon mangrove dapat menyimpan karbon sebanyak 1.023 mega gram per hektare.

"Kalau menurut penelitian Donato, mangrove dapat menyimpan 1.023 mega gram karbon per hektare," ujarnya.

Suyadi merujuk pada penelitian Daniel C. Donato yang menganalisa jumlah kandungan karbon yang ada dalam pohon mangrove dan dipublikasikan pada 2011.

Baca juga: BNPB minimalkan dampak El Nino melalui operasi darat dan udara
​​​​​​

Selain itu ia menyampaikan, mangrove berbeda dari tumbuhan darat. Ia berargumen meski cuaca panas menerjang, pohon mangrove tidak akan mudah terbakar, hal ini dikarenakan pohon tersebut tetap terkena pasang surut air laut.

"Mangrove ini berbeda dengan tumbuhan darat, seperti (lahan) gambut, ketika El Nino itu sangat rawan terbakar," kata Suyadi.

Di sisi lain ia mengatakan, merujuk data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada tahun 2021, luas hutan mangrove di Indonesia , yakni 3.364.080 hektare. Jumlah tersebut setara dengan 23 persen ekosistem mangrove dunia dari total 16.530.000 hektare.

Adapun menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan, dampak buruk dari fenomena El Nino yakni kekeringan ekstrem, kenaikan suhu cuaca, kebakaran hutan dan lahan (karhutla), serta potensi gagal panen.

Selain itu, berdasarkan prediksi BMKG, Indonesia mengalami puncak dampak fenomena El Nino pada bulan Agustus--September. Selanjutnya dampak tersebut berangsur turun dan berakhir pada Februari--Maret 2024.

Baca juga: Legislator sarankan pemanfaatan mangrove DKI masuk agenda KTT AIS
Baca juga: Menjadikan mangrove sebagai pilar ketahanan ekonomi biru

Pewarta: Ahmad Muzdaffar Fauzan
Editor: Gilang Galiartha
COPYRIGHT © ANTARA 2023