Jakarta (ANTARA) - Peneliti Pusat Riset Limnologi dan Sumberdaya Air BRIN Ignasius Sutapa mengatakan akses air minum dan sanitasi yang layak serta aman baik itu secara kuantitas maupun kualitas berkorelasi dengan tingkat kesehatan masyarakat secara menyeluruh.
 
"Penyakit-penyakit menular, seperti kolera, disentri, malaria dan demam berdarah berbasis nyamuk sampai stunting berkaitan dengan air minum dan sanitasi," ujarnya saat dihubungi di Jakarta, Selasa.
 
Ignasius mengungkapkan penyediaan akses air melalui perusahaan daerah air minum atau PDAM hanya masif di kawasan perkotaan saja, sedangkan daerah-daerah pinggiran yang tidak mendapatkan layanan PDAM mengharuskan masyarakat mencari air secara mandiri.
 
Masyarakat mencari sumber air ke sungai-sungai atau danau-danau, serta air tanah untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka. Sumber-sumber air tersebut kadang tercemar limbah dan bakteri yang dapat mengganggu kesehatan.
 
Kondisi itu membuat kualitas air di Indonesia sangat bervariasi dan menjadi tantangan bagi pemerintah dalam mengendalikan serta memastikan kualitas air yang diakses langsung oleh masyarakat memiliki kualitas sesuai standar yang ditetapkan.

Baca juga: BRIN: Indonesia butuh terobosan inovasi pemenuhan air minum-sanitasi
Baca juga: World Water Forum respons krisis air melalui peradaban Batanghari
 
"PDAM sejauh ini tidak sanggup untuk memenuhi karena peningkatan jasa layanan jumlah sambungan sangat lambat akibat berbagai kendala, seperti pendanaan. Bahan cukup mahal, sedangkan harga yang ditetapkan tidak pasar bebas menjadi tantangan tersendiri," katanya.
 
Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020–2024, pemerintah telah menetapkan 100 persen akses air minum dan sanitasi layak dengan 30 persen perpipaan termasuk 15 persen air minum aman.
 
Pada 2022, angka capaian akses air minum perpipaan baru mencapai sekitar 19,47 persen (15,9 juta sambungan langsung) dan akses sanitasi sebesar 10,16 persen (7 juta kepala keluarga) dari target 15 persen pada akhir tahun 2024.
 
Adapun standar pelayanan yang disediakan oleh perusahaan air minum masih banyak yang belum memenuhi persyaratan kualitas, kuantitas, dan kontinuitas sebagaimana ditetapkan pemerintah.
 
Ignasius menuturkan Indonesia membutuhkan terobosan-terobosan melalui inovasi dan teknologi agar dapat mempercepat penyediaan air minum dan sanitasi layak kepada masyarakat.
 
"Berbagai terobosan sangat diperlukan terkhusus penyediaan akses air minum dan sanitasi di wilayah-wilayah yang sulit aksesibilitas," pungkasnya.

Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Indra Gultom
COPYRIGHT © ANTARA 2024