Denpasar (ANTARA) - Sebanyak 150 orang pimpinan atau rektor perguruan tinggi swasta (PTS) dan pakar pendidikan dari berbagai daerah di Indonesia mendiskusikan strategi agar sukses mengimplementasikan indikator kinerja utama PTS untuk lebih membangun kepercayaan masyarakat dan meningkatkan daya saing.

"Gagal bersaing, gagal meningkatkan kepercayaan masyarakat, kampus swasta bisa gulung tikar. Tak sedikit kampus yang pendaftarnya turun hingga 50 persen," kata Ilham Dary, pakar teknologi pendidikan dari platform layanan digital berbasis teknologi SEVIMA di Denpasar, Selasa.

Ilham menyampaikan hal tersebut dalam pembukaan Workshop Nasional bertajuk Strategi Sukses Pemenuhan dan Pelaporan Indikator Kinerja Utama Perguruan Tinggi Swasta (IKU-PTS) yang digelar di Universitas Ngurah Rai, Denpasar dengan dihadiri para rektor PTS dan pakar pendidikan dari berbagai kampus swasta di Indonesia itu.

"Padahal kehadiran kampus swasta masih sangat dibutuhkan bangsa ini, untuk bersama-sama mencerdaskan kehidupan bangsa. Namun beberapa kampus swasta kini telah mengalami penurunan pendaftar hingga 50 persen dari tahun ke tahun," ujar Ilham.

Melalui kegiatan workshop tersebut, lanjut dia, diharapkan jajaran perguruan tinggi swasta khususnya dapat sama-sama memahami kebijakan dari pemerintah terkait IKU dan kualitas kampus.

Ilham mengatakan indikator kinerja utama ditetapkan pemerintah sebagai panduan peningkatan kualitas kampus. IKU diatur lewat keputusan Mendikbudristek Nomor 210/M/2023 dan memuat delapan aspek, di antaranya indikator ukuran lulusan yang terserap oleh industri, hingga kolaborasi dengan mitra internasional.

Menurut Ilham, IKU ini program pemerintah yang tujuannya sangat mulia. Jika perguruan tinggi swasta dapat mengimplementasikan IKU, maka tidak hanya bisa bersaing dengan kampus negeri, tetapi juga melesat di tingkat internasional, dipercaya masyarakat dan laris manis.

Baca juga: Yayasan Trisakti tolak pengubahan PTS menjadi PTN-BH 
Baca juga: Dirjen Dikti Ristek ungkap tiga persoalan dasar pendidikan tinggi  

Terkait digitalisasi, katanya, sudah 1.000 kampus di Indonesia yang memanfaatkan platform SEVIMA untuk lebih memudahkan dalam proses administrasi kampus.

Sementara itu Rektor Universitas Ngurah Rai (UNR) Bali Prof Dr Ni Putu Tirka Widanti mengatakan bahwa kampusnya sudah menerapkan IKU. Pencapaian yang sudah dirasakan yakni salah satu program studi di UNR sudah mendapatkan akreditasi unggul, dan terdigitalisasi dengan platform SEVIMA.

"Bahkan untuk Prodi Hukum, sudah memperoleh penghargaan unggul dari LLDIKTI Wilayah 8 Kementerian Pendidikan, kami sangat terbantu dengan sistem digitalisasi dari SEVIMA, dan berterima kasih kepada SEVIMA karena menjadi tuan rumah penyelenggaraan workshop nasional ini," ujar Prof Tirka.

Advisor SEVIMA sekaligus mantan Direktur Jenderal Vokasi Kementerian Pendidikan Wikan Sakarinto sebagai narasumber dalam kegiatan tersebut juga menyoroti pentingnya IKU tidak dipahami sekadar tentang administrasi.

"IKU mencerminkan substansi pendidikan yang seharusnya diterapkan oleh perguruan tinggi. Sebenarnya kalau IKU tercapai seharusnya output dan outcome akan baik, otomatis input (penerimaan mahasiswa baru) akan baik juga," ujarnya.

Salah satu contoh yang diberikan oleh Wikan adalah fokusnya pada konsep Teaching Factory (TEFA) atau kuliah dengan pengalaman kerja.

Bahkan dengan TEFA, mahasiswa di perguruan tinggi Akademi Inovasi Indonesia didirikan Wikan di Salatiga, kini tidak hanya mendapatkan pendidikan secara gratis, tetapi juga memiliki kesempatan untuk mendapatkan penghasilan tambahan mulai dari Rp2 juta hingga Rp 5 juta per bulan.

"Dalam konteks ini, hasil akhir dari proses pendidikan menjadi lebih nyata, industri merasa puas dengan kualitas lulusan yang dihasilkan, dan hal ini secara otomatis menarik minat calon mahasiswa baru untuk bergabung," ucapnya.

Wikan mengingatkan implementasi IKU perlu diikuti pola pikir dan komitmen yang baik dari PTS bahwa memang ingin mewujudkan yang terbaik dan bukan karena ingin dilihat baik dengan memoles administrasi supaya terlihat baik.

Selain itu link and match atau relevansi pendidikan dengan kebutuhan dunia kerja dan usaha harus diperkuat, demikian pula infrastruktur dan jejaring.

Pewarta: Ni Luh Rhismawati
Editor: Indra Gultom
COPYRIGHT © ANTARA 2024