Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis neurologi RS Pusat Otak Nasional Prof. Dr. dr. Mahar Mardjono dr Ratih Puspa mengatakan untuk tidak menyepelekan apabila orang tua sering pikun, karena hal tersebut dapat menjadi pertanda demensia.

Dia mencontohkan, apabila nenek biasanya bisa memasak, namun kali ini masakannya ditinggal hingga gosong, yang dapat memicu kebakaran, atau tiba-tiba lupa cara mengoperasikan gawai pintar meski sering memakai.  

Ratih menyebut dalam "Cegah Demensia Pada Lansia!" oleh Kementerian Kesehatan di Jakarta, Selasa, bahwa banyak orang menganggap bahwa orang tua yang sering lupa adalah hal yang wajar, karena bagian dari proses penuaan.

Dia mengatakan, hal tersebut perlu segera diperiksakan untuk mengetahui apabila memang ada demensia, agar diketahui secara dini sehingga komplikasi atau perjalanan penyakitnya dapat dicegah.  

Dia menjelaskan, selain sering lupa tersebut, yang perlu diperhatikan adalah ketika orang tua tersebut menjadi sulit dalam berkomunikasi, seperti sulit menyebutkan kata-kata, atau berbicaranya lancar namun tidak nyambung saat diajak mengobrol.

"Supaya si orang yang dengan demensia ini dapat hidup dengan baik, dalam arti walaupun dia mungkin mengalami ketergantungan, tetapi dia bisa mengupayakan untuk dirinya sendiri minimal, dia bisa makan sendiri dengan sendok," katanya.

Demensia, ujarnya, adalah gangguan kognitif dan neuropsikiatri yang disebabkan oleh proses degeneratif, yaitu penurunan fungsi tubuh, yang umumnya ditemukan pada orang lanjut usia. Penyakit itu menyebabkan gangguan pada memori serta kemandirian, katanya.

Selain kemampuan berpikir yang menurun, ujarnya, pada demensia yang parah, penderita menjadi sering marah, berhalusinasi, sering berjalan-jalan saat tengah malah untuk beraktivitas.

Dokter itu mencontohkan sejumlah komplikasi akibat demensia, yaitu infeksi paru-paru atau saluran kemih, malnutrisi karena tidak mau makan, dan dekubitus atau lecet-lecet di kulit akibat sering berbaring.

Untuk pemeriksaan, ujarnya, dapat dilakukan dengan MMSE (mini mental state examination).

Menurutnya, demensia bukanlah akhir segalanya. Dia mengatakan, apabila menderita demensia, pola hidup yang bersih dan sehat perlu tetap diupayakan guna memperlambat proses penurunan kondisi.

Selain itu, katanya, latihan-latihan dan stimuli dari keluarga dan pengasuh (caregiver) penting agar pasien dapat hidup lebih mandiri dan lebih baik.

Baca juga: Dokter: Gaya hidup tak sehat tingkatkan risiko demensia
Baca juga: Mengenal gejala demensia yang kerap melanda jamaah calon haji lansia
Baca juga: Neurolog: Demensia sebagai prioritas kesehatan perlu publikasi luas

Pewarta: Mecca Yumna Ning Prisie
Editor: Nurul Hayat
COPYRIGHT © ANTARA 2024