Washington (ANTARA) - Gedung Putih Amerika Serikat mengutuk hilangnya nyawa akibat serangan Israel terhadap kamp pengungsi di Rafah, Jalur Gaza selatan.

Meskipun begitu, Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional John Kirby pada Selasa (28/5) menegaskan bahwa Amerika Serikat tidak akan mengubah kebijakannya terkait konflik Israel dan kelompok perlawanan Palestina, Hamas, di Gaza.

“Kami tidak ingin melihat satu pun nyawa tak berdosa terenggut, dan saya agak tersinggung dengan pertanyaan itu," kata Kirby, setelah ditanya harus berapa banyak jasad hangus yang harus dilihat Presiden Joe Biden agar dia mau mempertimbangkan perubahan kebijakan AS.

Menurut Kirby, Israel sedang melakukan penyelidikan yang akan memberikan petunjuk lebih lanjut mengenai serangan tersebut.

“Hal ini bukan lah sesuatu yang kami tutup mata, juga bukan sesuatu yang kami abaikan untuk disampaikan kepada mitra kami Israel pada akhir pekan ini sebagai akibat dari serangan tersebut. Sekarang mereka sedang menyelidiki hal ini. Jadi mari kita biarkan mereka menyelidiki dan melihat apa yang mereka temukan,” ujar dia.

Kirby menegaskan bahwa dukungan AS terhadap perang Israel yang sedang berlangsung di Gaza tidak akan goyah.

Baca juga: AS desak Israel investigasi internal atas serangan mematikan di Rafah

Dia mengatakan tindakan Israel sejauh ini bukan merupakan "operasi darat besar-besaran", yang telah ditetapkan Presiden Biden sebagai tanda berakhirnya bantuan Washington kepada Tel Aviv.

“Kami belum melihat mereka melakukan hal itu pada saat ini, tetapi kami mengawasinya dengan cermat,” kata dia.

“Semua yang kami lihat, meskipun tidak semuanya, tetapi semua yang kami lihat memberi tahu kami bahwa mereka tidak melakukan operasi darat besar-besaran di pusat-pusat populasi di pusat Rafah," ujar Kirby melanjutkan.

Sedikitnya 45 korban tewas dan hampir 250 orang terluka dalam serangan di dekat pangkalan logistik badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA) di Tal al-Sultan, Minggu (26/5), kata kantor media pemerintah yang berbasis di Gaza.

Serangan itu terjadi meskipun ada keputusan Mahkamah Internasional pekan lalu, yang memerintahkan Israel untuk menghentikan serangannya di Rafah, di mana lebih dari satu juta warga Palestina mencari perlindungan dari konflik yang semakin memburuk.

Sumber: Anadolu

Baca juga: 21 warga Palestina tewas akibat serangan Israel di Rafah

Baca juga: Seluruh rumah sakit di Rafah lumpuh di tengah gempuran Israel

Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Yuni Arisandy Sinaga
COPYRIGHT © ANTARA 2024