Ambon (ANTARA) - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo menyatakan pola makan yang tidak tepat menjadi salah satu faktor penghambat penurunan stunting.

"Salah satu faktor penghambat penurunan stunting adalah pola pikir masyarakat akan makanan yang dikonsumsi tidak tepat, yakni tidak hanya mi instan tetapi telur dan ikan harus dipenuhi," katanya pada kegiatan Penguatan Kapasitas Tim Pendamping Keluarga di Ambon, Rabu.

Ia menyatakan pola makan anak harus diperhatikan berupa memperbanyak asupan protein hewani, yakni ikan dan telur.

"Lebih baik konsumsi ikan dan telur dipenuhi dari pada daging, karena itu orang tua harus sadar betul pentingnya protein hewani, apalagi di Maluku, khususnya Ambon, sangat banyak ikan segar yang dapat dimasak, " katanya.

Saat ini, katanya, tren di masyarakat tentang konsumsi cilok, yakni penganan yang terbuat dari tapioka, bentuknya bulat menyerupai bakso, diberi isi antara lain daging dan ikan.

"Cilok yang dijual belum tentu isinya daging ikan, melainkan hanya rasa ikan sebagai citarasa, sehingga orang tua harus merubah pola pikir untuk memberikan makanan kepada anak, " ujarnya.

Baca juga: Kepala BKKBN luncurkan sekolah lansia di Maluku Tenggara

Faktor lainnya, kata Hasto, pola pikir kawin usia muda atau terlalu tua, dan terlalu banyak anak juga salah satu faktor pendukung.

"Tadi kita lihat kader PKK dan Tim Pendamping Keluarga di Ambon ada yang jumlah anak lima orang, dipastikan jarak usia anak pasti dekat, karena itu perlu ditata jarak melahirkan, " katanya.

Dia mengharapkan, penggunaan alat kontrasepsi, seperti implan, suntik KB, dan pil KB untuk menjaga jarak kelahiran anak.

"Semua alat kontrasepsi, baik impian, suntik, dan pil KB gratis, harapannya keluarga di Kota Ambon dapat mengatur jarak kelahiran sebagai salah satu upaya menurunkan angka stunting, " katanya.

Guna mengejar target penurunan angka stunting, BKKBN bersama seluruh pemangku kepentingan telah mengerahkan berbagai program untuk mengatasi angka stunting sejak dari tataran hulu.

Ia menekankan kepada seluruh pemerintah daerah untuk melakukan edukasi secara masif melalui Tim Pendamping Keluarga, para kader, Generasi Berencana (Genre), tim Bina Keluarga Balita (BKB), Bina Keluarga Remaja (BKR), dan seluruh masyarakat hingga tingkat RT atau RW, untuk mengubah pola pikir masyarakat guna mencapai keberhasilan program percepatan penurunan stunting.

Baca juga: Kepala BKKBN apresiasi keberhasilan pendewasaan usia kawin di Maluku
Baca juga: Kepala BKKBN tekankan pentingnya daerah sosialisasikan KB pria
Baca juga: Kepala BKKBN: ASI yang dibekukan lebih baik dari ASI bubuk

Pewarta: Penina Fiolana Mayaut
Editor: M. Hari Atmoko
COPYRIGHT © ANTARA 2024