Jakarta (ANTARA) - Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) Abdullah Azwar Anas berdialog tentang pemerintah Indonesia yang mulai memasuki babak baru transformasi digital melalui penerapan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) dan pembentukan Government Technology (GovTech) Indonesia (INA Digital).

Hal itu disampaikan Anas saat mengunjungi diaspora Indonesia yang bekerja di Silicon Valley, San Francisco, Amerika Serikat, Rabu (29/5).

"Mereka anak-anak hebat Indonesia. Saya bercerita kepada mereka bahwa Bapak Presiden baru saja meluncurkan GovTech Indonesia," kata Anas dalam keterangannya di Jakarta, Kamis.

Adapun pelaksanaan SPBE di Indonesia telah diakselerasi dan sejalan dengan best practices di dunia.

Percepatan tersebut salah satunya berkat langkah strategis yang telah dilakukan dengan membentuk INA Digital sebagai penyelenggara keterpaduan ekosistem layanan digital pemerintah Indonesia yang dilakukan Presiden Jokowi beberapa waktu lalu di Istana Negara.

Perlu diingat, GovTech Indonesia yang diberi nama INA Digital adalah penyelenggara keterpaduan ekosistem digital pemerintah Indonesia.

INA Digital bertanggung jawab untuk menyelenggarakan aplikasi dan keterpaduan SPBE untuk mewujudkan pelayanan publik yang lebih berkualitas, terpercaya, dan efisien.

Di Silicon Valley, Anas juga belajar ilmu yang nantinya bisa diterapkan dalam ekosistem digital Indonesia. INA Digital menjadi gerbang baru bagi pemerintah Indonesia untuk penerapan teknologi di sektor pemerintahan dan pelayanan publik.

Baca juga: PANRB dukung peningkatan kualitas layanan WNI di KJRI San Francisco

Baca juga: Kementerian PANRB sebut penilaian Indeks SPBE dilakukan tim independen

Baca juga: Presiden akan buka SPBE Summit 2024 dan luncurkan GovTech RI


"Mudah-mudahan dengan GovTech ini kedepannya Indonesia lebih terintegrasi sistem layanan publik-nya," ujarnya.

Mantan Bupati Banyuwangi itu mengungkapkan kurang lebih ada 60 warga Indonesia yang bekerja di kantor Google. Salah satunya adalah Alif Raditya, seorang software engineer pada bagian Google Web Crawler.

Alif bercerita budaya kerja di Google bersifat kolaboratif serta adanya kebebasan untuk mencoba hal-hal baru di luar tugas pokok mereka.

"Kami sering kolaborasi dengan tim artificial intelligent (AI), dan ada kebebasan untuk mencoba produk lain yang tidak berhubungan dengan tugas utama," ungkap Alif.

Anas pun mengapresiasi pemuda Indonesia yang bekerja di pusat inovasi teknologi berkelas dunia itu. Area ini adalah lokasi lahirnya Perusahaan raksasa seperti Google, Apple, Meta, hingga Tesla, perusahaan otomotif milik Elon Musk.

Ia berharap kemampuan mereka di Silicon Valley bisa ‘ditularkan’ ke Tanah Air.

"Banyak anak-anak hebat dari Indonesia yang punya peran tidak kecil di perkembangan Google, semoga ilmu mereka nantinya dapat berguna pula bagi transformasi digital di Indonesia," pungkas Anas.

Pewarta: Narda Margaretha Sinambela
Editor: Chandra Hamdani Noor
COPYRIGHT © ANTARA 2024