Jakarta (ANTARA) - Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah memulai operasional Poli Risti (risiko tinggi) di sektor-sektor secara bergiliran setiap hari guna mendekatkan layanan kesehatan kepada jamaah haji.   

Dalam keterangan dari Kementerian Kesehatan di Jakarta, Jumat, layanan berjudul "Mendekatkan layanan KKHI ke jemaah" merupakan salah satu inovasi yang dilakukan oleh KKHI Makkah. Dengan membuka Poli Risti di sektor-sektor, jemaah risiko tinggi atau risti tidak perlu lagi melakukan perjalanan jauh ke KKHI.  

Kepala KKHI Makkah dr. Enny mengatakan bahwa ini merupakan kegiatan perdana layanan Poli Risti dengan mendatangi seluruh sektor secara bergantian untuk melakukan deteksi dini terhadap jemaah yang memiliki risiko tinggi. Dia mengatakan, Poli Risti KKHI Makkah membuka layanan perdana di sektor 9, yang berlokasi di Hotel Manazil Al Hour 2.

Enny mengatakan, tim yang bertugas di Poli Risti ini adalah tim jaga yang terdiri dari dokter spesialis penyakit dalam, spesialis jantung dan pembuluh darah, spesialis paru, spesialis kedokteran jiwa, spesialis saraf, atau spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi medis. Dia menyebut bahwa komposisinya tergantung shift jaga di KKHI, dan minimal, setiap Poli Risti terdapat 3 dokter spesialis.  

Menurut dr. Enny, sebelum jemaah datang ke Poli Risti, Tenaga Kesehatan Haji (TKH) diminta untuk melakukan skrining jemaah dengan risiko tinggi (risti) untuk menentukan tingkat risiko mereka. Dia menyebut bahwa skrining itu didasarkan pada usia dan penyakit penyerta yang dimiliki jemaah sebelum berangkat, seperti penyakit jantung, hipertensi, diabetes melitus, dan penyakit lainnya.   

Setelah itu, ujarnya, TKH melakukan pemeriksaan awal, termasuk tanda-tanda vital dan kondisi fisik terkini pasien. Dari hasil skrining, katanya, jamaah dengan kategori risiko tinggi akan diperiksa oleh dokter kloter untuk menentukan apakah pasien layak atau tidak layak dibawa ke Poli Risti.

Dengan skrining ulang jemaah risiko tinggi dan penyakit penyerta, katanya, diharapkan jemaah tetap dalam kondisi istitha'ah atau mampu untuk melaksanakan ibadah haji. Jemaah yang hasil pemeriksaannya baik akan direkomendasikan untuk bisa melaksanakan ibadah haji.

Jika hasilnya kurang baik dan ada keluhan, jemaah akan dirujuk ke KKHI untuk dievaluasi kembali. Apabila kondisi kesehatan jemaah masih terkendali, TKH akan tetap memantau dan memberikan pendampingan pada saat Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna).

"Jika jemaah ternyata memiliki komorbid dan terkendali, tetapi karena lansia sehingga kemampuan aktivitas sehari-harinya memerlukan bantuan, maka jemaah dapat direkomendasikan untuk safari wukuf lansia," dia menambahkan.

Pada kesempatan tersebut, Kepala Seksi Kesehatan Daerah Kerja (Daker) Makkah Nurul Jamal mengungkapkan bahwa saat ini terdapat 23 jemaah haji yang diperiksa di Poli Risti pertama ini dan semuanya dalam kondisi baik. Nurul menyebut, mereka hanya memerlukan rawat jalan dan terapi obat.

Dia mengimbau jemaah haji untuk membatasi aktivitas agar tidak kelelahan, minum air putih secara teratur untuk menghindari dehidrasi, dan menambahkan oralit jika membutuhkan. Jemaah juga diimbau untuk segera menghubungi petugas kesehatan jika memerlukan penanganan kesehatan.

Baca juga: Konjen RI: 22 pemegang visa non haji asal Indonesia dibebaskan
Baca juga: Legislator ingatkan sosialisasi pencegahan pneumonia ke jamaah haji
Baca juga: Jaga kelembapan kulit dan gunakan tabir surya saat berhaji

Pewarta: Mecca Yumna Ning Prisie
Editor: Nurul Hayat
COPYRIGHT © ANTARA 2024