Banjarbaru (ANTARA) - Komite Nasional Geopark Indonesia (KNGI) mengunjungi sembilan situs sejarah pembentukan bumi (geologi) yang diperkirakan sudah berusia hingga ratusan juta tahun yang terletak di tiga kabupaten pada kawasan Geopark Meratus di Kalimantan Selatan (Kalsel).

Ketua Dewan Pakar KNGI Profesor Mega Rosiana di Banjarbaru, Jumat, mengatakan telah mengunjungi sembilan situs geologi dalam rangka kesiapan Geopark Meratus menuju UNESCO Global Geoparks (UGGp).

Tim Dewan Pakar KNGI dalam waktu dua hari mengunjungi situs geologi di Kabupaten Banjar, di antaranya Batu Sekis Kambang, Batu Kulit Ular, Sejarah Tambang Oranje Nassau, dan Singkapan Batubara Formasi Tanjung.

Kemudian di Kabupaten Hulu Sungai Selatan, antara lain Pemandangan Bukit Kantawan, Air Terjun Kilat Api, Mata Air Panas Tanuhi, dan Pemandangan Bukit Langara. Lalu di Kabupaten Tapin, yakni Goa Batu Hapu.

Prof Mega didampingi Dewan Pakar KNGI Safri Burhanuddin dalam kunjungan lapangan itu, sekaligus mengevaluasi dan memberikan saran untuk perbaikan guna kesiapan sembilan situs geologi yang telah dikunjungi beserta 45 situs lain untuk menuju UGGp.

Baca juga: KNGI tinjau Geopark Meratus Kalsel jelang penilaian UNESCO
Baca juga: Pemprov Kalsel: UNESCO evaluasi Geopark Pegunungan Meratus


“Hal yang harus diperhatikan pada situs geologi ini, pengelola harus mampu menjelaskan makna dan cerita penemuan situs di hadapan tim UNESCO saat melakukan penilaian pada Juli mendatang,” kata Prof Mega.

Prof Mega meminta para kepala pengelola yang ada di tiap situs, harus menguasai dan memahami apa itu geopark dan Geopark Meratus.

Sementara itu, Dewan Pakar KNGI Safri Burhanuddin dalam kunjungannya lebih meluangkan waktu yang cukup lama saat meninjau Goa Batu Hapu di Kabupaten Tapin.

Safri meminta pengelola agar menjaga keaslian dan tata letak bebatuan yang ada di dalam goa apa adanya, serta tidak boleh diacak-acak oleh pengunjung.

Saat memasuki Goa Batu Hapu, Safri juga menjelaskan beberapa hal penting kepada pengelola situs terkait fenomena dan proses pembentukan batuan yang terjadi di dalam goa yang telah terjadi sejak ratusan juta tahun lalu.
 
Tim Dewan Pakar Komite Nasional Geopark Indonesia (KNGI) didampingi Badan Pengelola Geopark Meratus (BPGM) mengunjungi situs Goa Batu Hapu yang terbentuk melalui proses geologi berupa goa karst tersususun atas batugamping formasi berai berusia 36 juta tahun yang lalu di Goa Batu Hapu, Hatungun, Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan, Jumat (31/5/2024). (ANTARA/Tumpal Andani Aritonang)


Ketua Harian Badan Pengelola Geopark Meratus (BPGM) Hanifah Dwi Nirwana mengatakan kesembilan situs geologi yang dikunjungi tim pakar dari KNGI sebagai tahap persiapan sebelum kedatangan tim UNESCO untuk menilai kelayakan Geopark Meratus untuk ditetapkan sebagai UGGp.

Hanifah menjelaskan kesembilan situs geologi itu memiliki usia dan sejarah yang berbeda-beda, di antaranya, Batu Sekis Sei Kambang melalui proses geologi tersusun atas batuan sekis baroisit bagian dari batuan malihan berusia 180 juta tahun.

Kemudian, Batu Kulit Ular tersusun atas batuan serpentinit bagian dari Batu Ultrabasa berusia 180 juta tahun (jura tengah). Situs Sejarah Tambang Oranje Nassau melalui proses geologi tersusun atas batuan formasi tanjung berusia 65 juta tahun.

Lalu, Singkapan Batubara Formasi Tanjung melalui proses geologi formasi tanjung berusia 65 juta tahun yang lalu, situs Pemandangan Bukit Kantawan melalui proses geologi tersusun batugamping formasi batununggal berusia 135 juta tahun.

Selain itu, Air Terjun Kilat Api melalui proses geologi aktivitas vulkanik di Pegunungan Meratus pada 95 juta tahun lalu, aktivitas vulkanisme berlangsung cukup intens terdiri atas batuan Granit Batanglai/Belawaian berusia 135 juta tahun lalu. Situs Mata Air Panas Tanuni melalui proses peluruhan radioaktif batuan Granit Batanglai/Belawaian berusia 135 juta tahun lalu.

Baca juga: Sekda HSS: Geopark Meratus dukung pembangunan berkelanjutan

Selanjutnya, Pemandangan Bukit Langara melalui proses geologi batugamping formasi batununggal berusia 135 juta tahun, dan situs Goa Batu Hapu melalui proses geologi berupa goa karst tersusun atas batugamping formasi berai berusia 36 juta tahun yang lalu.

“Setelah kunjungan ke sembilan situs geologi itu, tim dewan pakar dari KNGI akan mengunjungi dan mengevaluasi beberapa situs kebudayaan dan nirbenda yang berada di Kabupaten Barito Kuala dan Kabupaten Banjar pada Sabtu (1/6),” ujar Hanifah.
 
Badan Pengelola Geopark Meratus (BPGM) mengambil foto di situs Air Terjun Kilat Api yang terbentuk melalui proses geologi aktivitas vulkanik di Pegunungan Meratus pada 95 juta tahun yang mana aktivitas vulkanisme berlangsung intens terdiri atas batuan Granit Batanglai/Belawaian berusia 135 juta tahun di Loksado, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan, Jumat (31/5/2024). (ANTARA/Tumpal Andani Aritonang)

Pewarta: Tumpal Andani Aritonang
Editor: Biqwanto Situmorang
COPYRIGHT © ANTARA 2024