Denpasar (ANTARA) -
Direktur Industri Kreatif Musik Film dan Animasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) M Amin Abdullah menyebutkan penyelenggaraan Bali International Film Festival (Balinale) Ke-17 di Sanur, Bali menjadi ajang untuk memajukan industri kreatif khususnya film.
 
"Ini luar biasa. Dengan festival seperti ini film-film premiere atau film-film yang baru pertama kali muncul justru ditunjukkan untuk mulai masuk ke dunia distribusi dan konsumsi dalam ekonomi kreatif," kata Amin Abdullah di Denpasar, Bali, Sabtu.
 
Amin mengapresiasi penyelenggaraan Bali International Film Festival yang menghadirkan beragam film dari berbagai negara baik yang berasal dari sutradara dan produser senior maupun dari sutradara dan produser yang baru merintis karier di industri perfilman.
 
Dengan diselenggarakannya Balinale di Sanur, dengan sendirinya memberikan efek terhadap kemajuan pariwisata, ekonomi kreatif, jaringan industri kreatif bagi banyak pihak.
 
"Dengan adanya Bali Internasional Film Festival ini Bali bisa jadi lokasi syuting. Itu akan berdampak secara langsung, tidak langsung maupun multi efek bagi pariwisata dan Bali," katanya.
 
Dia meyakini Indonesia bisa menyelenggarakan festival film seperti Festival Film Internasional Hong Kong, Festival Film Internasional Tokyo, Festival Film Internasional Busan ataupun Festival Film Cannes.

Baca juga: Bali International Festival jadikan Sanur pusat industri film dunia

Baca juga: Dispar Bali benarkan soal pungutan wisman belum maksimal


Dengan bertemunya berbagai pekerja industri kreatif dari berbagai negara di Asia dan Eropa, dia berharap berdampak pada pengembangan ekonomi kreatif dunia perfilman tanah air.
 
Di Indonesia sendiri kata dia, industri film didominasi oleh film horor, komedi, drama dan action. Ke depan, Kemenparekraf juga memikirkan bagaimana menambah jumlah layanan bioskop untuk menunjang kebutuhan masyarakat Indonesia.
 
Adapun Bali International Film Festival (Balinale) didirikan pada 2007 oleh Bali Film Center (BFC), suatu perusahaan swasta yang menyediakan layanan profesional dan dukungan produksi film dan televisi di Indonesia sejak 2002.
 
Festival ini memiliki sejarah yang panjang dalam mendukung pembuat film lokal yang sudah mapan dan bercita-cita tinggi melalui lokakarya dan forum industri. Festival ini juga sangat mendukung peran komunitas melalui program anak-anak dan lokakarya siswa sebagai bagian penting dari festival ini.
 
Salah satu rangkaian kegiatan Balinale adalah Balinale Film Forum 2024 akan menggali beragam potensi industri perfilman, mengkaji dampak ekonominya, tren terkini di industri perfilman Asia, seluk-beluk akuisisi dan distribusi konten asli dengan menghadirkan praktisi dan pakar dalam bidangnya.
 
Bali International Film Festival akan menayangkan film 'Fly Me To The Moon' (Hong Kong SAR) yang digarap Director Sasha Chuk dan Producer Stanley Kwan.
 
Dalam festival ini beberapa film akan diputar seperti film berjudul Point of Change (Rebecca Coley, United Kingdom), Othelo, The Great (Lucas H. Rossi dos Santos, Brazil), dan The Gospel of The Beast (Sheron Dayoc, Philippina).
 
Selain itu, ada juga film Daaaaaali! (Quentin Dupieux, Perancis), And That's for This Christmas (Peter Vulchev, Bulgaria), The Steak (Kiarash Dagar Mohebi, Iran), Dhvani - The Sound Around (Anurag Dwivedi, India), I’m Hip (John Edward Musker, AS), dan The Architecture of Love (Teddy Soeriaatmadja), serta masih banyak lainnya.
 
Balinale yang berlangsung 1-7 Juni 2024 tersebut menghadirkan 60 film dari beragam genre dari 25 negara terdiri dari 45 film yang di antaranya berstatus sebagai film premiere.

Baca juga: Sekda Bali sebut lelang investasi LRT berlangsung sampai Juni 2024

Baca juga: Pemprov Bali lakukan pergeseran distribusi dampak elpiji 3 kg langka

Pewarta: Rolandus Nampu
Editor: Agus Salim
COPYRIGHT © ANTARA 2024