Jakarta (ANTARA) - Pakar biologi dari Universitas Lampung (Unila) Dr Jani Master mengingatkan bahaya yang dihadapi ekosistem, tidak hanya masalah kerusakan lingkungan, tapi juga keberadaan spesies asing invasif (invasive alien species/IAS), salah satunya di Indonesia.

"Ternyata IAS ini menjadi salah satu yang perlu perhatian khusus, tidak jauh berbeda dengan masalah-masalah lainnya. Dia jadi salah satu kelompok yang nanti ancamannya adalah hilangnya keanekaragaman hayati yang kita miliki," ujar Ketua Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Unila Jani Master dalam diskusi daring diikuti dari Jakarta, Senin.

Baca juga: 27 spesies ganggu keanekargaman hayati

Dalam diskusi yang diadakan Pusat Riset Ekologi dan Etnobiologi BRIN itu, Jani menjelaskan bahwa invasi spesies asing menjadi ancaman terhadap keanekaragaman hayati di Tanah Air, bersama dengan kerusakan habitat, polusi, kelebihan populasi manusia, eksploitasi berlebih, dan perubahan iklim.

Berkembangnya spesies yang bukan asli dari sebuah ekosistem, jelasnya, dapat mendorong hilangnya keanekaragaman hayati sebuah wilayah.

Dia menjelaskan beberapa karakteristik flora dan fauna asing invasif, yaitu memiliki pertumbuhan yang cepat, kemampuan reproduksi tinggi, adaptasi lingkungan yang luas, dan ketiadaan predator alami.

Ancaman dari keberadaan spesies asing invasif itu, katanya, juga sudah menjadi perhatian dunia, dengan Kunming-Montreal Global Biodiversity Framework yang menjadi hasil dari Pertemuan Para Pihak ke-15 (COP15) Konvensi Keanekaragaman Hayati PBB pada 2022, menargetkan pengurangan introduksi spesies asing invasif sebanyak 50 persen pada 2030.

Dia menyebut terdapat beberapa kendala dalam melakukan mitigasi mencegah spesies invasif, termasuk kurangnya data komprehensif, keterbatasan fasilitas, sumber daya dan dana, kerangka hukum yang belum maksimal dan rendahnya keberadaan masyarakat.

Baca juga: KKP gelar Bulan Bakti Karantina ingatkan spesies invasif

Baca juga: China umumkan rencana untuk cegah masuknya spesies asing invasif


"Ada beberapa strategi pengelolaan untuk mitigasi, yang pertama adalah pencegahan, strategi kita untuk mengelola agar jenis invasif ini tidak terlalu besar dampaknya bagi keanekaragaman hayati kita," ujarnya.

Salah satu masalah yang dihadapi di Indonesia untuk tindakan pencegahan, katanya, adalah jalur masuk yang banyak, memungkinkan masuknya spesies invasif.

Dia menekankan perlunya deteksi dini dan respons cepat, pengendalian dan mitigasi dampak, rehabilitasi dan restorasi serta pemantauan dan evaluasi.

Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Endang Sukarelawati
COPYRIGHT © ANTARA 2024