Jakarta (ANTARA) - Pemerintah menawarkan Surat Berharga Negara (SBN) ritel jenis savings bond ritel (SBR) seri SBR013 dalam dua tenor, yakni SBR013T2 dan SBR013T4, dengan kupon masing-masing 6,45 persen dan 6,60 persen per tahun.

“Jadi, untuk tenor 2 tahun selisihnya 20 basis poin (bps) dengan suku bunga Bank Indonesia (BI) dan tenor 4 tahun selisihnya 35 bps. Margin akan selalu kami jaga agar investor mendapatkan insentif untuk membeli SBR,” kata Direktur Surat Utang Negara Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan Deni Ridwan saat media briefing di Jakarta, Senin.

Deni menjelaskan kupon seri SBR013 merupakan jenis kupon mengambang dengan tingkat kupon minimal (floating with floor), sehingga kupon minimal seri SBR013 tidak akan turun meski BI menurunkan suku bunga acuan.

“Ini menarik terutama bagi investor yang ingin melakukan hedging atas risiko fluktuasi suku bunga di pasar. Biasanya, ketika BI meningkatkan tingkat suku bunga, instrumen seperti saham, obligasi, dan reksadana itu terkoreksi, sementara SBR akan meningkatkan imbal hasil (yield),” tambah dia.

Keuntungan lain berinvestasi pada SBR013 yaitu tarif pajak penghasilan (PPh) atas penghasilan bunga obligasi hanya sebesar 10 persen, lebih rendah dari PPh deposito sebesar 20 persen.

Pembayaran kupon dan pokok dijamin oleh Undang-Undang (UU) serta dianggarkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), sehingga bebas dari risiko gagal bayar. SBR juga tidak dapat diperdagangkan di pasar sekunder sehingga terbebas dari risiko pasar.

Deni mengakui terdapat risiko likuiditas akibat SBR tidak dapat dialihkan. Namun, terdapat fasilitas early redemption yang bisa dimanfaatkan investor untuk mencairkan sebagian dana SBR sebelum jatuh tempo.

SBR013T2 dapat diajukan pencairan lebih awal setelah satu tahun kepemilikan, sementara pencairan lebih awal SBR013T4 dapat dilakukan setelah dua tahun kepemilikan.

Masa penawaran SBR013 dimulai sejak hari ini hingga 4 Juli 2024 dengan minimal pembelian sebesar Rp1 juta. Sedangkan pembelian maksimal untuk SBR013T2 sebesar Rp5 miliar dan SBR013T4 Rp10 miliar.

Pembelian SBR013 dapat dilakukan melalui 17 bank, lima perusahaan efek, dan empat perusahaan teknologi finansial (fintech).

Bank yang dimaksud di antaranya Bank Mandiri, Bank BNI, Bank BRI, Maybank, DBS, PermataBank, Bank Danamon, CIMB Niaga, BCA, UOB, Bank Victoria, Bank HSBC, OCBC, Bank Mega, PaninBank, Standard Chartered, dan Bank BTN.

Perusahaan efek di antaranya Trimegah Sekuritas Indonesia, BRI Danareksa Sekuritas, Mandiri Sekuritas, Phillip Sekuritas Indonesia, dan BNI Sekuritas. Sementara fintech di antaranya Tanamduit, Bibit, Bareksa, dan FUNDtastic.

Baca juga: Pemerintah serap dana Rp10 triliun dari lelang tujuh seri SBSN
Baca juga: Kemenkeu: Minat SUN tetap tinggi di tengah kekhawatiran suku bunga


Pewarta: Imamatul Silfia
Editor: Ahmad Buchori
COPYRIGHT © ANTARA 2024