Jakarta (ANTARA) - Internis dr. Dirga Sakti Rambe mengatakan bahwa imunisasi tambahan penting karena merupakan salah satu upaya mencegah dan mengurangi risiko wabah atau kejadian luar biasa (KLB).

Dalam siaran "Kenapa Sih Harus Imunisasi Booster Kalau Terjadi KLB Penyakit?" oleh Kementerian Kesehatan di Jakarta, Senin, Dirga menyebut bahwa dalam imunisasi dalam menyikapi wabah, atau outbreak response immunization (ORI), penting untuk memastikan cakupan imunisasi penting saat kejadian itu, guna melindungi dari risiko penularan.

Baca juga: Dokter: Anak epilepsi tetap harus imunisasi meski khawatir kekejangan

"Siapa sasarannya? Jawabannya adalah semua anak yang ada di daerah tersebut (daerah KLB). Jadi ada dua, anak-anak yang belum lengkap imunisasinya, dan yang kedua anak-anak yang sudah lengkap imunisasinya," ujarnya.

Jadi, kata dia, semakin banyak penduduk atau anak-anak di suatu wilayah yang divaksinasi, maka lingkungan di sekelilingnya atau anak-anak di lingkungan tersebut itu mendapatkan manfaatnya semuanya.

Dia menjelaskan bahwa beberapa kali Indonesia mengalami KLB, seperti polio, campak, difteri, rubella, dan pertussis. Saat KLB di wilayah yang cakupan vaksinasinya rendah, maka terjadi wabah.

Ia menyebut bahwa semakin banyak imunisasi yang diberikan oleh pemerintah, dan itu adalah hal baik karena anak-anak Indonesia terlindungi dari semakin banyak penyakit.​​​​​​​

Dirga menjelaskan, ada sejumlah orang tua yang bingung mengapa anaknya tetap perlu diberikan imunisasi meski sudah lengkap? Agar antibodi semuanya meningkat sehingga tetap terlindungi, serta untuk menyasar anak-anak yang belum diimunisasi.

Baca juga: Pemerintah target 95 persen anak di Manokwari terima vaksin polio 2024

Menurutnya, orang tua tidak perlu khawatir, karena tidak ada yang namanya overdosis vaksin. Selain itu, bahwa kejadian ikutan pasca imunisasi seperti demam, rewel, nyeri, adalah hal wajar, karena itu tanda-tanda proses pembentukan antibodi.

Adapun untuk vaksin yang membutuhkan penguat atau booster, katanya, tergantung jenisnya, contohnya hepatitis B. Ketika anak sudah diberikan vaksin hepatitis B lengkap, maka tidak perlu booster saat dewasa.

Untuk tetanus, katanya, perlu diberikan penguat, misalnya tiap 10 tahun setelah anak tersebut dewasa.

"Dan itu semua sudah ada panduannya, ya. Jadi secara di seluruh dunia itu ada panduannya. Kalau ada wabah ini, maka yang dianjurkan adalah imunisasi A, B, C, D," katanya.

Dia juga menjelaskan bahwa imunisasi adalah hak anak, dan orang tua perlu memfasilitasi pemenuhan hak tersebut. Para orang tua juga harus berhati-hati terhadap hoaks seputar imunisasi anak.

Baca juga: Masyarakat Jakarta bisa dapatkan vaksin pneumonia secara gratis

Pewarta: Mecca Yumna Ning Prisie
Editor: Sambas
COPYRIGHT © ANTARA 2024