Jakarta (ANTARA) - Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyoroti tingginya polusi udara di Jakarta yang membawa sejumlah dampak buruk terhadap proses tumbuh kembang anak-anak.

“Polusi udara yang terjadi di kota-kota besar termasuk di Jakarta memang sangat memprihatinkan. Udara yang seharusnya bersih untuk dihirup dan memenuhi paru-paru tiap individu yang hidup, apalagi anak-anak itu harus bersih,” kata Dokter Spesialis Penyakit Tropik Anak IDAI DR. Dr. Ari Prayitno, Sp.A (K) saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Rabu.

Ari menyayangkan kualitas udara di Jakarta yang memburuk menyebabkan munculnya banyak partikel berbahaya, sehingga meningkatkan risiko individu terkena berbagai macam penyakit.

Baca juga: Dokter: Penggunaan "air purifier" di rumah bantu minimalisir polusi

Baca juga: IDAI: Wacana WFH bukan solusi polusi udara di DKI Jakarta


Misalnya seperti infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) dan adanya infeksi lain yang disebabkan oleh masuknya mikroorganisme asing dalam tubuh berupa virus atau baktersi saat udara sengan kering dan berpolutan tinggi.

Menurut dia infeksi akan semakin parah bila orang yang tinggal di daerah tersebut memiliki penyakit penyerta seperti asma. Kondisi kesehatan juga dapat makin memburuk bila pihak keluarga ada yang merokok atau rutin memasak dalam ruangan yang tidak memiliki ventilasi yang baik.

“Ini tugas kita bersama karena kalau polusi tidak diatasi maka kesehatan paru-paru kita, terutama anak-anak itu akan memburuk. Terlebih paru-paru anak-anak kita itu masih dalam tubuh dan kembang makanya polusi ini akan berdampak cukup luas pada anak anak kita,” katanya yang juga menjabat sebagai Ketua Bidang Organisasi Pengurus Pusat IDAI itu.

Selain itu, kata Ari, polusi udara secara tidak langsung juga menjadi salah satu penyebab anak terkena stunting. Kualitas udara yang buruk akibat polusi rentan membuat anak-anak jatuh sakit, sehingga hal ini berdampak pada minat untuk mengonsumsi makanan.

Akibatnya, asupan nutrisi yang masuk ke dalam tubuh berkurang drastis dan menyebabkan anak kekurangan gizi kronis.

“Apalagi kalau penyakit infeksi, kalau terjadi kronis akan sakit juga. Jadi secara tidak langsung ada hubungannya, makanya anak yang tinggal di daerah yang polusinya tinggi itu lebih mudah terjadi stunting ketimbang daerah yang udaranya bersih,” kata Ari.

Laman IQAir yang diperbarui hari ini pada pukul 15.00 WIB menyatakan bahwa tingkat polusi udara di Jakarta tercatat masuk dalam kategori sedang.

IQAir mencatat indeks polusi udara Jakarta berada pada poin 69 dengan tingkat konsentrasi polutan PM 2,5 sebesar 19 mikrogram per meter kubik dan angka ini menunjukkan 3,8 kali lebih tinggi nilai panduan kualitas udara tahunan Badan Kesehatan Dunia (WHO).

Baca juga: Polusi Jakarta, DLH DKI awasi 68 cerobong industri

Baca juga: Polusi udara jadi faktor risiko kesehatan bagi orang dewasa dan anak

Baca juga: Pemerintah imbau orang tua penuhi hak anak hadapi bahaya polusi udara

 

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Zita Meirina
COPYRIGHT © ANTARA 2024