Kota Bogor (ANTARA) - Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor, Jawa Barat, memanen 1,2 ton padi dengan kandungan zinc tinggi bernama Nutrizinc, di Kebun Penelitian Tanaman Padi, Kelurahan Pasirjaya, Kota Bogor.

Penjabat (Pj) Wali Kota Bogor Hery Antasari di Kota Bogor, Jumat, mengatakan padi Nutrizinc ini merupakan inovasi hasil kolaborasi antara Pemkot Bogor dengan Badan Standardisasi Instrumen Pertanian (BSIP) Kementerian Pertanian (Kementan).

“Sekarang mungkin baru (di tanam di sawah) 2.000 meter persegi, panennya baru 1,2 ton. Mungkin ke depan akan kami sosialisasikan untuk ditanam lebih luas lagi, sehingga menghasilkan lebih banyak lagi,” kata Hery.

Baca juga: Petani Bekasi kembangkan benih Inpago 13 tingkatkan produktivitas

Ia menjelaskan, padi Nutrizinc yang sudah menjadi beras memiliki kandungan zinc hampir dua kali lipat dibandingkan dengan padi biasa, sehingga  potensi kandungan zinc ini sangat relevan dengan program pemerintah pusat dan Pemkot Bogor dalam mengentaskan stunting.

“Karena anak-anak yang mengonsumsi padi (beras) varietas Nutrizinc ini akan mendapatkan banyak manfaat dari zinc. Mulai dari kulit, tulang, rambut, antibodi, kognitifnya juga karena manfaat zinc untuk itu semua,” jelasnya.

Hery berharap, Kementan bisa terus mendukung Pemkot Bogor dengan terus mengembangkan varietas padi Nutrizinc.

“Saya berharap Kementan bisa terus men-support Pemkot untuk bisa mengembangkan ini terus dan Kota Bogor siap menjadi laboratorium pengembangan lebih lanjut,” ucapnya.

Baca juga: Polres Magelang Kota bantu panen padi Nutri Zinc di Desa Gandusari

Pemulia padi Nutrizinc dari IPB University Dr Wage Ratna Rohaeni menjelaskan, butiran beras dari padi Nutrizinc lebih ramping. Namun konsistensi gelnya lebih kuat, jadi berpeluang menjadi beras premium dengan kandungan zinc tinggi.

“Ini program pencegahan stunting di Pemkot Bogor sangat pas, karena anak-anak pasti makan nasi. Kalau pendekatannya lewat beras, akan kontinyu di samping dengan tambahan telur dan sebagainya,” kata Wage. (KR-SBN)

Pewarta: Shabrina Zakaria
Editor: Nusarina Yuliastuti
COPYRIGHT © ANTARA 2024