Bali (ANTARA) - Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dan Menteri Kelautan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono meluncurkan Neraca Sumber Daya Laut Indonesia (ocean accounting), inovasi ini untuk menghadirkan tata kelola laut yang berkelanjutan.
 
“Kita harus mengutamakan kesehatan laut. Kita tidak ingin lagi ada penangkapan ikan berlebih (overfishing), kita ingin mengembangkan budi daya perikanan untuk pengelolaan laut yang berkelanjutan. Perlu diingat, perubahan iklim juga sangat terpengaruh oleh laut,” ujar Menko Marves dalam The 5th Global Dialogue on Sustainable Ocean Development di Bali, Jumat.
 
Pada kesempatan yang sama, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono mengatakan, Neraca Sumber Daya Laut Indonesia ini terdiri dari data sumber daya kelautan dan pesisir Indonesia yang berasal dari hasil riset dan survei.

Baca juga: KKP: Asupan protein masyarakat Indonesia masih di bawah Kamboja
 
Platform berbasis website ini juga mampu menampilkan nilai ekonomi, ekologi, serta sosial suatu wilayah perairan laut dan pesisir.
 
Neraca Sumber Daya Laut Indonesia (Ocean Accounting) digunakan untuk mendukung pengelolaan berkelanjutan sumber daya laut mulai dari perencanaan, pelaksanaan atau perizinan, monitoring dan evaluasi.
 
Inovasi ini juga menjadi kerangka acuan spasial yaitu sebagai unit statistik yang menyelaraskan data di berbagai domain, termasuk wilayah administratif dan pengelolaan perikanan, zonasi spasial, dan izin pemanfaatan laut yang ada serta luas wilayah peruntukannya.

Baca juga: Trenggono: Budi daya ikan nila di danau dapat mencemari lingkungan
 
Kemudian dapat menganalisis dampak investasi di laut dan pesisir terhadap kesehatan ekologi untuk jangka pendek dan panjang. Baik itu investasi di bidang perikanan tangkap dan budidaya, pariwisata, transportasi laut, hingga pembangunan di wilayah pesisir yang berpotensi menimbulkan dampak lingkungan.
 
Inovasi itu juga dapat melacak wilayah lautan yang memiliki nilai ekologis dan ekonomi tinggi maupun sebaliknya. Informasi ini dapat digunakan untuk mendukung kegiatan rehabilitasi serta capaian target luasan kawasan konservasi laut Indonesia seluas 30 persen pada tahun 2045.
 
"Dengan sistem ini kita bisa menganalisa dampak pemanfaatan ruang laut, kondisi laut secara cepat. Ini perangkat untuk mendukung pengambilan kebijakan pengelolaan laut berkelanjutan," pungkasnya.
 
Adapun terdapat sepuluh lokasi proyek percontohan pengembangan Neraca Sumber Daya Laut di Indonesia yang didukung oleh Global Ocean Accounts Patnership (GOAP). Areanya meliputi kawasan konservasi Gili Matra, Banda, Padaido, Raja Ampat, Waigeo Barat, Anambas, Pieh, Aru, Sawu, serta Pulau Kapoposang. Menurut Trenggono, area cakupan masih akan terus diperluas hingga seluruh wilayah perairan Indonesia.

Pewarta: Sinta Ambarwati
Editor: Evi Ratnawati
COPYRIGHT © ANTARA 2024