Moskow (ANTARA) - Kementerian Luar Negeri Turki mengecam serangan Israel pada sebuah sekolah di kota Khan Yunis di Jalur Gaza dan menyebutnya sebagai upaya kepala rezim zionis Benjamin Netanyahu untuk menyabotase negosiasi gencatan senjata.

Pemerintah Gaza mengatakan pada Selasa bahwa 29 orang tewas dalam serangan Israel di dekat pintu masuk sekolah di Khan Yunis.

"Kami mengutuk pembantaian Israel terhadap puluhan warga sipil tak bersalah di sebuah sekolah tempat warga Palestina berlindung di Khan Yunis, Gaza," demikian pernyataan kementerian itu, Selasa.

Pernyataan tersebut lebih lanjut menyampaikan kuburan massal yang ditemukan di Khan Yunis dan penargetan empat sekolah di sana dalam empat hari terakhir adalah bukti bahwa Israel bertujuan untuk memusnahkan rakyat Palestina sepenuhnya.

Serangan-serangan itu juga menunjukkan bahwa rezim Netanyahu bertujuan untuk menyabotase negosiasi gencatan senjata.

Kementerian luar negeri Turki itu menambahkan bahwa otoritas Israel "akan bertanggung jawab di hadapan hukum atas tindakan mereka, yang menentang semua nilai kemanusiaan dan hukum internasional".

Pada 7 Oktober 2023, kelompok Hamas meluncurkan serangan roket berskala besar terhadap Israel dan menerobos perbatasan, menyerang baik kawasan pemukiman sipil maupun pangkalan militer.

Hampir 1.200 orang di Israel tewas dan sekitar 240 lainnya diculik selama serangan tersebut.

Israel melancarkan serangan balasan, memerintahkan blokade total Gaza, dan memulai serangan darat ke wilayah Palestina dengan tujuan yang dinyatakan untuk mengeliminasi pejuang kelompok Hamas dan menyelamatkan para sandera.

Diperkirakan sekitar 120 sandera masih ditahan oleh kelompok Hamas di Gaza dan sebanyak 43 sandera meninggal dalam penahanan.

Lebih dari 38.100 orang telah tewas dan lebih dari 87.900 lainnya terluka di Jalur Gaza akibat operasi militer Israel, demikian pernyataan otoritas Gaza.
Sumber: Sputnik

Baca juga: Diplomat senior AS kunjungi Timur Tengah, bahas gencatan senjata
Baca juga: Hamas bahas gencatan senjata di Gaza dengan Qatar, Mesir, Turki


Pewarta: Primayanti
Editor: Aditya Eko Sigit Wicaksono
COPYRIGHT © ANTARA 2024