Jakarta (ANTARA) - Sesar atau patahan merupakan salah satu fenomena geologi yang penting untuk diketahui, terutama di Indonesia yang dikenal sebagai negara yang rawan dengan gempa bumi.

Sesar atau patahan merupakan fenomena retakan di permukaan bumi di mana dua blok batuan telah bergerak aktif terhadap satu sama lain.

Pergerakan tersebut, bisa mengakibatkan gempa bumi yang dapat berdampak besar pada kehidupan dan infrastruktur di atas permukaan tanah.

Untuk memahami lebih lanjut apa itu sesar, berikut adalah penjelasan mengenai sesar atau patahan beserta jenis-jenisnya yang sudah dirangkum oleh ANTARA, dilansir dari laman resmi Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).

Sesar terbagi menjadi 3 jenis, di antaranya adalah:

1. Sesar naik (thrust fault)

Sesar naik terjadi ketika blok batuan di atas sesar bergerak naik secara bersamaan terhadap blok-blok di bawahnya.

Sesar naik merupakan tekanan maksimum yang bekerja secara horizontal pada batuan, dan menyebabkan salah satu bagian batuan bergerak ke atas.

Sesar ini sering ditemukan di daerah pegunungan yang mengalami tekanan kompresional. Seperti contoh, pegunungan Himalaya yang terbentuk akibat tumbukan antara lempeng Indo-Aus dan Eurasia.

2. Sesar turun (normal fault)

Berbalik dengan sesar naik, sesar turun terjadi ketika blok batuan di atas sesar bergerak turun bersamaan terhadap blok di bawahnya.

Akibat tekanan maksimum yang bekerja secara vertikal, salah satu bagian batuan bergerak ke bawah mengikuti bidang sesar.

Sesar turun sering kali ditemukan berpasangan, dan lempeng di antara dua sesar ini akan bergerak naik atau turun tergantung arah sesarnya.

Hal ini biasanya terjadi di daerah yang mengalami peregangan kerak bumi. Contohnya adalah Lembah Rift Afrika Timur, di mana kerak bumi sedang mengalami penarikan.

3. Sesar mendatar (strike-slip fault)

Sesar mendatar terjadi ketika dua blok batuan bergerak secara horizontal satu sama lain. Sesar ini ditandai oleh pergerakan sejajar, baik ke kiri maupun ke kanan

Sesar ini juga terjadi akibat gaya gesekan yang menyebabkan lempeng-lempeng bergerak mendatar ke arah yang berlawanan.

Salah satu contoh terkenal adalah Sesar San Andreas di California, di mana lempeng Pasifik dan lempeng Amerika Utara bergerak secara lateral.

Selain 3 jenis utama tersebut, terdapat juga kombinasi dari jenis-jenis sesar ini yang disebut sebagai sesar oblique, di mana gerakan vertikal dan horizontal terjadi secara bersamaan.

Dapat diketahui, Indonesia, sebagai negara yang terletak di jalur cincin api Pasifik, memiliki banyak sesar aktif yang perlu dipantau secara terus-menerus.

Pengetahuan tentang sesar dan jenis-jenisnya sangat penting dalam upaya mitigasi bencana gempa bumi.

Dengan memahami mekanisme pergerakan sesar, diharapkan para ahli geologi dan pihak berwenang dapat merencanakan tindakan pencegahan dan mitigasi yang lebih efektif lagi.

Dengan cara mengedukasi masyarakat tentang langkah-langkah yang harus diambil saat terjadi gempa bumi.

Melalui penelitian dan teknologi yang semakin canggih, diharapkan risiko dari gempa bumi dapat dikurangi dan masyarakat dapat hidup lebih aman.

Baca juga: Ahli: Penting mitigasi bencana potensi gempa dari Sesar Cimandiri

Baca juga: BRIN teliti jalur sesar kompleks yang membentang di Pulau Jawa

Baca juga: BMKG: Gempa di NTB-Bali dipicu aktivitas sesar aktif dasar laut

Pewarta: M. Hilal Eka Saputra Harahap
Editor: Alviansyah Pasaribu
COPYRIGHT © ANTARA 2024