Sampit (ANTARA) -
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah (Kalteng), berupaya menanggulangi kemunculan titik api di tengah peralihan musim hujan ke musim kemarau yang menunjukkan ancaman kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
 
“Ada beberapa kejadian yang sudah kami temukan, bahkan sudah mulai akhir Juni kemarin di daerah Sawit Raya, dan ini menjadi indikasi awal kami bahwa kejadian-kejadian ini bisa berdampak luas, terutama di daerah-daerah rawa,” kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kotawaringin Timur (Kotim) Multazam di Sampit, Senin.
 
Salah satunya, kata dia, pada Minggu (14/7) siang karhutla terjadi setidaknya pada dua titik di Kotim yakni Jalan Antang Barat, Kecamatan Baamang, dan Jalan RSUD Samuda, Kecamatan Mentaya Hilir Selatan, dengan luasan kurang dari satu hektare.
 
Petugas BPBD Kotim dan Damkar Pos Mentaya Hilir Selatan dibantu aparat kepolisian dan relawan setempat bergerak cepat memadamkan karhutla di sekitar wilayah masing-masing.

Baca juga: BPBD Kotim sebut modifikasi cuaca tekan potensi karhutla
 
Pihaknya menghimpun semua informasi terkait potensi karhutla seperti dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) terkait pantauan titik panas dan Sistem Pemantau Air Lahan Gambut (Sipalaga) milik Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM).
 
Dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi, Sipalaga dapat mengirimkan sinyal tentang ketinggian permukaan air di lahan gambut yang dapat digunakan sebagai panduan awal peringatan dini bahwa di lokasi-lokasi tertentu di Kotim berpotensi terjadi karhutla.
 
“Berdasarkan informasi dimungkinkan daerah-daerah rawa sudah mulai mudah terbakar, bahkan kami sudah sounding ke provinsi. Mudah-mudahan dalam kondisi darurat kita bisa mendapat bantuan helikopter water bombing,” ujarnya.
 
Berdasarkan prakiraan BMKG, kata dia, saat ini Kotim berada pada masa peralihan musim hujan ke musim kemarau ditandai dengan menurunnya intensitas curah hujan.
 
Kemudian, musim kemarau diprakirakan terjadi pada Agustus, September, hingga Oktober. Sedangkan untuk puncak musim kemarau terjadi pada Agustus dan berdasarkan peta potensi kemudahan terjadinya kebakaran dari analisa parameter cuaca akan terjadi kekeringan yang cukup parah selama hampir satu bulan.

Baca juga: Kotawaringin Timur siaga karhutla antisipasi asap ganggu peresmian IKN
 
Sehubungan dengan prakiraan tersebut, masyarakat diimbau meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi terjadinya kebakaran bangunan maupun hutan dan lahan.
 
Di sisi lai, Pemkab Kotim telah menetapkan Status Siaga Darurat Bencana Karhutla selama 90 hari yakni 4 Juli-1 Oktober 2024. Pihaknya juga meminta dukungan operasi udara kepada Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran (BPB-PK) Kalteng berupa helikopter water bombing yang siap di Bandara Haji Asan Sampit.
 
BPBD Kotim juga melakukan langkah-langkah pencegahan dengan melaksanakan patroli terpadu melibatkan unsur TNI, Polri, Manggala Agni dan lainnya, serta melakukan pendekatan ke masyarakat, khususnya pihak-pihak yang berpotensi melakukan pembukaan lahan dengan cara membakar.
 
“Kami sudah punya basis data terhadap sektor-sektor pembukaan lahan dengan cara membakar. Jadi pada titik-titik itu kami akan bertemu masyarakat dan berharap perilaku membuka lahan dengan cara membakar bisa dihindari,” kata Multazam.

Baca juga: Kabupaten Kotawaringin Timur memasuki transisi pemulihan karhutla

Baca juga: BPBD bantu evakuasi warga hingga kendaraan terdampak banjir di Sampit

Pewarta: Muhammad Arif Hidayat/Devita Maulina
Editor: Risbiani Fardaniah
COPYRIGHT © ANTARA 2024